10/09/2012

Cerpen Adalah Sebuah Kayasatra


Cerpen Adalah Sebuah Kayasatra


Cerpen / cerita pendek (short story) adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita tentang manusia dan seluk beluknya lewat tulisan pendek.

Cerpen pertama kali dikenalkan oleh pengarang-pengarang Amerika.
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.

Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.

Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.

Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.

Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.

· Sumber penulisan cerpen

1. Pengalaman hidup (pribadi atau orang lain)

2. Pengetahuan

3. Imajinasi

4. Sumber lainnya

· Dalam penulisan cerpen, usahakan permasalahan yang diangkat itu hanya ada satu. Tema dan konflik pelaku jangan kebanyakan, sehingga hasil cerpen lebih kuat.

· Bagaimana memulai sebuah cerpen? Ada beberapa cara untuk mengawali sebuah cerpen, di antaranya:

1. Memulai dengan suasana ruang/alam

Tempat itu cukup jauh dari keramaian. Jalanan menuju ke tempat itu semakin lama semakin menyempit dan buruk. Di kiri kanan jalan penuh dengan hutan. Suara-suara binatang menegakkan bulu roma….

2. Memulai dengan situasi waktu

Belum terlalu larut, tapi suasana sepi seakan mencekik malam. Dua orang petugas bar kelihatan mengantuk. Toko sudah sepi sejak tadi. Gerimis membuat orang malas untuk keluar rumah…

3. Memulai dengan dialog

“Parmin… Parmin… Aduh kemana pembantu geblek ini. Nah… Ginah…. Aduh, sama saja. Brengsek….” (Si Padang, karya Harris Effendi Thahar)

4. Memulai dengan melukiskan fisik tokoh

Laki-laki itu belum terlalu tua, tapi terlihat seperti sudah berusia 80-an. Rambutnya sudah memutih. Tulang pipinya bertonjolan. Kalau berjalan badannya setengah membungkuk, tertatih….

5. Memulai dengan model surat:

Alina tercinta,

Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja – dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap? Seperti setiap senja… (Sepotong Senja untuk Pacarku, karya Seno Gumira Adjidarma).

· Menulis cerpen di media massa

1. Ketik rapi (2 spasi)

2. Sertakan surat pengantar bahwa cerpen itu benar-benar cerpenmu dan belum pernah dimuat di majalah/Koran lain.

3. Masukkan ke dalam amplop dan kirim ke alamat redaksinya

Hal-hal yang sering terjadi pada penulis pemula:

1. Aturan penulisan yang tidak tepat

Aturan penulisan yang benar:

- Jarak baris dalam penulisan cerpen: 2 spasi

- Puisi diketik 1,5 spasi

- Artikel atau esai: 2 spasi

2. Tulisan tidak sesuai dengan jenis/atau misi media

3. Tulisan sudah basi

4. Penggunaan diksi (pilihan kata) dan tata bahasa

- penggunaan yang lebih baik untuk kata sunyi, sepi, atau lengang dalam baris puisi

- penggunaan tanda baca, terutama dalam penulisan kalimat langsung untuk fiksi

- Penerapan penggantian paragraf untuk kalimat percakapan

- Pemakaian EYD (nama orang, kata ganti, kata depan, dsb)

5. Bingung

- Cara/teknik penulisan

- Cara mengirim cerpen ke media massa

- dll


Tag: Cerpen, Apa itu Cerpen, Cerpen Adalah, Karya satra, Cerpen Adalah karya sastra, Cara menulus Cerpen

1 comment: