TEKNIK HIBRIDISASI BUNGA ANGGREK
Pendahuluan.
Menyilangkan bunga anggrek yang dimaksud disini adalah
mengawinkan bunga anggrek yang dengan sengaja kita lakukan untuk tujuan
tertentu. Menyilangkan bunga anggrek dapat kita lakukan antar jenis ataupun
antar marga atau genus. Tujuan menyilangkan anggrek pada umumnya untuk
mendapatkan mutu bunga anggrek yang lebih bagus. Keindahan suatu kuntum bunga
anggrek bersifat relative menurut kepuasan dari si penyilang. Hanya saja untuk
keperluan lomba diberlakukan criteria-kriteria tertentu. Untuk Indonesia telah
dibakukan dalam”Pedoman baku Penilaian Anggrek Indonesia” Perhimpunan Anggrek
Indonesia. Kecenderungan penyilang di Indonesia mengacu kepada kesempurnaan
bentuk, warna, dan susunan seperti yang tercantum pada pedoman di atas.
Mendapatkan bunga anggrek yang indah dari hasil silangan
kita sendiri yang sesuai dengan harapan saat melakukan silangan adalah suatu
kepuasan tersendiri sebagai seorang breeder. Kepuasan ini akan bertambah
menjadi kebanggaan tersendiri jika anggrek hasil silangan tersendiri tersebut
mampu meraih suatu juara saat dilombakan. Anggrek-anggrek yang juara tentunya
akan memiliki nilai jual yang sangat tinggi apabila koleksi yang persis seperti
anggrek juara tersebut hanya satu atau dua tanaman saja. Bagi mereka yang telah
berorientasi bisnis dan memiliki sedikit kemampuan teknik memperbanyak melalui
kultur jaringan tumbuhan, ini akan menjadi komoditi yang tidak kecil jumlahnya.
Melakukan cloning diharapkan akan menadapatkan jumlah bibit anggrek dalam
jumlah banyak secara singkat tanpa kehilangan sifat dan cirri dari tanaman
anggrek yang dikulturkan. Jalan ini sering dipakai para breeder yang sekaligus
juga menekuni bidang bisnis anggrek potong.
Namun demikian gambaran diatas sering tidak seindah seperti
yang kita lihat. Anggrek yang kita silangkan ternyata tidak seperti yang kita
inginkan. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana sifat dan ciri
bunga anggrek.itu diturunkan. Sebagai sumber sifat dan ciri yang diturunkan
dalam menghasilkan anggrek silangan yang unggul, selama inai digunakan anggrek-anggrek
alam yang telah mengalami pemuliaan berulang-ulang. Pemualiaan dilakukan antar
jenis bahkan antar marga sehingga dikenal dengan istilah silangan bigeneric,
trigeneric, dan tetrageneric.
Untuk mengatasi
kejadian menyimpangnya hasil silangan dari harapan maka kita perlu diketahui
sifat-sifat dominan yang menguntungkan dan sifat-sifat resesif yang merugikan
dari buga anggrek yang akan kita silangkan. Sebagai contoh beberapa anggrek
alam yang dapat digunakan sebagai sumber genetis dapat dilihat dalam table
berikut :
Jika kita
menyilangkan anggrek A dengan anggrek B maka jumlah dan lebar kuntum bunga
hasil silangan kita engikuti rumus :
A = jumlah atau lebar
kuntum bunga A
B = jumlah atau lebar kuntum bunga B
Sifat-Sifat Yang Diturunkan Pada Tanaman Anggrek
Sebetulnya pengetahuan tentang ilmu keturunan pada tanaman
anggrek masih sedikit. Hal ini disebabkan oleh karena factor-afaktor keturunan
pada tanaman anggrek yang sangat komplek adan kurangnya penyelidikan dalam hal
ini. Meskipun demikian masalah-masalah yang timbul pada hibridisasi tanaman
anggrek ini sedikit banyak dapat dipecahkan.
Pada hibridisasi anggrek yang diutamakan ialah mendapatkan
sifat-sifat seperti warana, ukuran, kemampauan, dan waktu berbunganya yang
memenuhi selera konsumen. Kejadian-kejadian pada persilangan tanaman anggrek
yang menarik dapat dikemukakan seperti di bawah ini :
• Apabila Cattleya kuning dikawinkan dengan Cattleya
berwarna ungu, keturunannya akan berwarna lila/ungu. Akan tetapi sailangan
antara Laelia kuning dengan Cattleya ungu akan menghasilkan keturunan yang
berwarna kuning. Kejadian-kejadian ini dapat diterangkan sebagai berikut :
Sifat kuning dari Cattleya adalah resesip sedangkan sifat
ungu adalah dominant. Aakan tetapi sifat kuning pada Laelia adalah dominant
terhadap sifat ungu dari Cattleya.
• Lebih sulit lagi yaitu mengenai diturunkannya warna putih
dari Cattleya. Masalah ini telah diselidiki oleh Charles Chamberlain Hurst yang
memberi dasar bagi Orchid breeders, bertujuan mendapatkan hibrida-hibrida
Cattleya berwarana putih. Banyak kejadian beberapa spesies Cattleya berwarna
putih menurunkan warna putihnya, akan tetapi ada yang keturunannya tidak putih.
Dalam hal ini Hurst menerangkan adanya 2 faktor yang
berpengaruh pada albinisme ini :
• Pertama : disebabkan oleh karena faktor yang menyebabkan
terjadinya warna yaitu suatu enzyme yang dapat sebagai gen resesip maupun
dominan.
• Kedua : disebabkan oleh karena faktor pembentuk warna yang
disebut Khromogen yang dapat sebagai resesip maupun dominan.
Apabila tiap faktor ada dalam bentuk yang dominan, maka
warana akan timbul. Warana putih akan tampak apabila saalah satu atau kedua
factor tersebut bersifat resesip.
Hal lain lagi yaitu diturunkannya ukuran dan banyaknya
bunga. Pada umumnya dikatakan bahwa keturunan dari tanaman anggrek bunganya
akan berukuran rata-rata dari tanaman tetuanya. Misalanya saaja apabila tanaman
induknya memiliki diameter 12 cm dan atanaman ayah diameternya 3 cm,
keturunannya berukuran 7,5 cm.
Menurut Robert J. Gillespie di Ameriaca Orchid Society
Buletin Vol. 28 No. 6 June 1959 , diameter bunga dari keturunannya adalah 3 x
12 = 36 = 6 cm.
Perhitungan ini juga berlaku bagi banyaknya bunga. Tanaman
yang biasanya hanya berbunga paling banyak 8 kuntum apabila disilangkan dengan
tanaman yang maksimal berbunga 2 kuntum, keturunannya akan berbunga sebanyak 8
x 2 = 16 = 4 kuntum.
Dengan adanya tanaman-tanaman yang polyploid maka timbullah
banyak masalah dalam pemuliaan silangan-silangan antara triploid dan diploid
menghasilkan keturunan yang diploid, akan tetapi kadang-kadang keluar yang
triploid dan tetraploid. Silangan a ntara diploid dan tetraploid menghasilkan
keturunan yang triploid , kadang-kadang tetraploid. Antara tetraploid dengan
tetraploid menghasilkan keturunan tetraploid pula. Keturunan tetraploid ini
kerap kali menghasilkan banyak biji yang baik kalau disemaikan.
Sebaliknya dengan tanaman triploid sebagai tanaman induk
menghasilkan biji yang sangat sedikit, semainya lemah, jumlah khromosomnya
sangat variable dan kerap kali timbul aneuploidi. Keturunan dari silangan ini
bermacam-macam sifat pertumbuhannya, ada yang kecil, lemah pertumbuhannya
lambat, akarnya sedikita,a tetapi kadang-kadang besar kuat dan sehat.
Meskipun triploid dan tetraploid sering timbul dalam semua
silangan, tetapi biasanya dihasilkan dari silangan diploid dan tetraploid dan
antara tetraploid dan tetraploid.
1. Pewarisan Warna Pada Tanaman Anggrek
Sejak J Dominy mulai menyilangkan bunga anggrek pada tahun 1853,
maka warna pada anggrek merupakan salah satu afaktor yang menjadi obyek
penyelidiakan para penyilang. Tahun 18a62 Henri Lecoq menyatakan bahwa untuk
mendapatkan warna coklat perlu adanya tiaga warna , yaitu biru, merah dan
kuning yang dikombinasikan dari kedua tetuanya. Lecoq juga menyelidiki
persilangan antara anggrek berbunga putih dengan varietas yang berwarna lain ,
dan disimpulka bahwa keturunannya akan berwarna campuran dan apabila dilakukan
back cross dengan salah satu tetuanya akan mendapatakan warna yang cerah lagi.
Maula-mula penemuan Lecoq hanya merupakan spekulasi saja, akan tetapi dengan
diketermukannya Hukum Mendel pada tahun 1900 maka hal penurunan warna tersebut
mendapatkan dasar yang ilmiah. Maka sejak tahun 1900 penurunan warna merupakan
faktor genetis yang giat diselidiki oleh para peneliti.
Di bawah ini akan sedikit diuraikan mengenai penurunan warna
dari bunga anggrek yang merupakan rangsangan terhadap penelitian-penelitian
yang lebih mendalam dilapangan.
a. Dasar Kimiawi Dari Warna
Warna pada tanaman anggrek disebabkan oleh adanya
pigmen-pigmen warna. Warna-warna ini ada tiga golongan yaitu warna putih,
warana kuning dan warna biru.
Zat yang membentuk warna-warni ini adalah Anthocyanin,
anthoxanthin, dan plastida-plastida yang berpigmen. Anthocyanin merupakan
ikatan kimia organik yang berpengaruh untuk warna-warna merah, merah tua, dan
biru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut antara
lain :
a. Faktor luar, yang paling penting artinya ialah pH adari
cairan sel yang melarutkan anthocyanin. Kalau persentase asamnya tinggi atau
pHnya kecil, maka tampak warna merah, kalau pHnaya naik (basa) maka warna bunga
akan menjadi biru.
b. Kopigmentasi
Secara kimiawi anthoxanthin mempunyai hubungan yang dekat
dengan anthocyanin, tetapi kedua zat tersebut memberikan warna yang berbeda.
Anthoxanthin memberikan warna kuning pucat sampai kuning tua. Anthicyanin dan
anthoxanthin kedua-duanya larut dalam cairan sel, sehingga kedua warna ini
dapat bercampur seperti cat warna saja.
Tetapi ada peristiwa yang alain yang belum begitu diketahui
yaitu peristiwa kopigmentasi. Anthoxanthin tertentu yang biasanya memberikan
warna kuning gading, apabila bersama-sama dalam larutan ayang sama deangan
anthocyantin menghasilkan warna yang berbesa dengan harapan orang.
Kerapkali menghasilkan warna yang lebih biru daripada yang
diharapkan. Menurut Crane dan Lawerence awarana biru, merah kebiruan, dan
magenta kebiruan disebabkan oleh karena Ko pigmentasi sebagian.
b. Pigmen Dalam Plastida
Pada Orchidaceae juga dijumpai pigmen-pigmen didalam plastid
terutama pada Spesies Cypripedinae, akan tetapi dalam familia ini tidak begitu
penting apabila dibandingakan dengan pigmen-pigmen yang larut dalam cairan sel,
karena pigmen plastiada ini berbentuk butir-butir, karena tidak dapat bercampur
dengan pigmen-pigmen yang larut seperti pada anthocyanin dan anthoxanthin.
Kalau anthocyanin dan anthoxanthin tidak ada maka warna yang nampak dari pigmen
plastida, tetapi kalau kedua warna tersebut ada pigmen plastida hanya sebagai latar
belakang. Pigmen plastiada ini tidak terpengaruh pH dan terjadinya sangat
berbeda dengan pigmen-pigmen yang larut.
c. Pewarisan Pada Cattleya
Dimuaka telah disinggung tentang albinisme pada Cattleya
yang dicanangkan oleh Hurst, peristiwa tersebut secara ilmu keturunan dapat
diterangkan sebagai berikut :
Kalau adanya chromogen diberi tanda C dan adanya enzyme
diberi tanda R maka adapat ditulis :
Seperti telah
dikatakan dimuka, seperti makluk hidup yang terjadi kareana perkawinan adalah
diploid (2n), jadi mengandung dua set faktor-faktor keturunan atau gen-gen,
satu set berasal dari tanaman induk dan satu set yang lain berasal dari ayah.
Demikian pula dengan faktor R (ada enzym). Individu yang berasal dari tetua
yang keduanya mempunyai faktor R ditanadai dengan symbol RR.
Tetapi apabila salah satu tetua tidak mempunyai
faktor-faktor tersebut simbolnya ialah Cc, kalau kedua tetua tidak mempunyai
factor chromogen maka ditandai dengan cc. Demikian pula dengan faktor R,
kemungkinannya dapat Rr dan rr, apabila tidak mempunyai faktor enzym dari kedua
tetuanya.
Menurut Hurst agar bunga itu berwarna maka kedua faktor C
dan R harus ada di dalam tanaman. Jadi tanaman diploid yang mempunyai kedua
faktor tersebut simbolnya adalah CCRR aatau CcRr . Tanaman yang bersimbol
demikian bunganya berwarna. Warna putih timbul apabila salah satu aatau kedua
faktor tersebut di atas tidak ada. Jadi simbolnya seperti : RRcc atau rrCC atau
rrcc. Kedua simbol pertama memberikan warna putih yang heterozygot dan yang
terakhir putih homozygot. Tetapi penyerbukan sendiri dari RRcc atau rrCC selalu
akan menghasilakan bunga yang putih, tetapi silangan antara RRcc dengan rrCC
yang putih akan menghasilkan bunga yang berwarna karena keturunannya akan
mempunyai simbol RrCc.
Jadi kedua factor R dan C ada bersama-sama di dalam satu
tanaman.
Contoh : Cattleya putih adalah Cattleya mossiaovar, wageneri
(RR cc) dan Cattleya Warscewiczii ‘Firmin Lameau’ (rr CC) dan apabila keduanya
disilangkan akan menghasilkan C X E nid (Cc Rr).
Dan apabila C X E nid ini diserbukan sendiri hasilnya akan
sebagai berikut :
Cattleya X E nid ayang bersimbol Cc Rr ini akan menghasilkan
pollen yang bersimbol CR, Cr, cR, dan cr , semikaian pula dengan sel telurnya.
Untuk melihat silangan-silangan yang terjadi dapat dibuat
skema seperti di bawah ini :
Hasilnya adalah 9
berwarna dan 7 putih artinya 56 % berwarna ungu dan 44 % berwarna putih. Kalau
ditinjau yang berwarna putih mereka mempunyai symbol yang bermacam-macam, yaitu
:
CC rr, Cc rr, cc RR, cc Rr, cr Cr, cc rR, dan cc rr.
Dipandang dari sudut ilmu pemuliaan yang paling pasti untuk menghasilkan
keturunan berbunga putih ialah cc rr. Tanaman ini adalah resesif ganda yang
akan menghasilkan keturunan berbunga putih kalau disilangakan dengan C. mossiau
var. wageneri (RR cc) atau Cattleya warscewiczii ‘Firmini lambeau’ (rr CC).
d. Pewarisan Warna Putih Berbibir Merah
Bagaimana pewarnaan pada Cattleya putih yang berbibir merah.
Khas pada Cattleya bahwa warna bibirnya diwariskan terpisah dari warna bagian
yang lain dan diatur oleh suatu gen-gen yang tersendiri. Cattleya putih dengan
bibir merah apabila disilangkan dengan warna putih murni keturunannya adalah
putih dengan bibir merah. Dalam kenyataannya warna dari bibir ini tidak
mempengaruhi warna putih dari sepal dan petal.
e. Pewarisan Dari Anthocyanin
Kalau faktor dominan C (chromogen) dan faktor dominan R
(adanya enzym) terdapat bersama-sama dalam tanaman, maka anthocyanin akan
berwarna merah atau biru. Anthocyanin tersebut kemungkinan akan membentuk
warna-warna dengan konstitusi sebagai berikut : CC RR; CC Rr; Cc RR; dan Cc Rr.
Dalam hal ini CC RR Cattleya Schroaederae (CC RR) dengan Cattleya intermedia
yang juga mempunyai konstitusi CC RR menghasilkan Cattleya thayerianan (CC RR)
yang warna sama dengan keturunan dari silangan Cattleya Schroaederae var. alba
(cc RR) dengan Cattleya intermedia var. alba (CC rr). Persilangan ini juga
menghasilkan Cattleya thayeriana, tetapi konstitusi gennya Cc Rr.
f. Pewarisan Warna Anthoxanthin
Anthoxanthin dapat menyebabkan bermacam-macam warna, yaitu
dari kuning pucat sampai kuning tua. Kebanyakan jenis anggrek Cattleya yang
akan diturunkan kuningnya dari Cattleya dowiana terutama var, aurea.
Persilangan dengan yang berwarna dan putih warna kuning dari dowiana ini
resesip, warna kuning tidak Nampak pada F1 . Dalam F2 nya keluarlah warna
kuning, cream, dan putih.
Storey berpendapat bahwa bahwa penurunan warna kuning
kemungkinan tidak disebabkan oleh gen tunggal, akan tetapi oleh gen rangkap
yang ditandai dengan simbol y1y1 dan y2y2. Faktor dominan Y1 dan Y2 tidak
berwarna (kuning). Faktor-faktor kuning ini ternyata tidak dipengaruhi oleh C
dan R, yang dalam Cattleya dowiana merupakan gen yang resesip, sehingga
konstitusi gen Cattleya dowiana adalah : y1y1 y2y2 cc rr.
Apabila Cattleya dowiana disilangkan dengan Cattleya
trianaei”Alba”, di sini ditandai Y1Y1 Y2Y2 cc RR, maka akan menghasilkan C x
Maggic Raphael “Alba” yang konstitusi gennya Y1Y1 Y2y2 cc Rr. Tanaman ini
bunganya putih oleh karena tidak mengandung faktor C1 dan Y1 dan Y2 mendominasi
y1 dan y2. Aapabila Cattleya magic Raphael ‘Alba’ disilangkan kembali (back
cross) dengan Cattleya dowiana aakan menghasilkan perbandingan : 1 berwarna
kuning, 2 cream, dan 1 putih.
Persilangan antara Cattleya berwarna kuning dan berwarna
ungu adalah rumit. Cattleya dowiana X Cattleya warscewiezii menghasilkan
Cattleya C. X Hardyana yang berwarna ungu yang konstitusinya Y1y1 Y2y2 Cc Rr.
Penyerbukan sendiri Cattleya dowiana X Cattleya mendelii terjadilah regenerasi,
menghasilkan warna putih, cream, kuning muda, lavender, rose, dan rose magenta.
g. Pewarisan Warna Kuning Dan Jingga Dalam Persilangan Antar
Genus
Laelia disilangkan dengan Cattleya akarena warnanya yang
tidak biasa keluar pada keturunannya Cattleya cinnabarina yang berwarana merah
jingga yang cerah dapat menghasilkan Laeliocattleya yang warnanya sama denagan
induknya Laelia tenegrosa yang coklat/merah/kekuningan dengan bibir yang
berwarna lebih tua apabila disilangkan dengan Cattleya menghasilkan bunga
berwarna brons dengan bibir yang ungu tua. Warna brons bervariasi dari brons
kekuningan dan brons keunguan. Laelia purpurata paling banyak dipakai dalam
persilangan denagan Cattleya, sebagian oleh karena ukuran bunganya besar dan
hibridanya yang dihasilkkan sudah cukup besar. Hibrida yang menggunakan Laelia
bunga kecil harus disilangkan kembali dengan Cattleya untuk membesarkan
bunganya.
Dalam persilangan antara kuning/ungu, Laelia kuning dominan
terhadap ungu dari Cattleya. Sialangan ini mempunyai nilai yang besar ialah
adanya kemungkinan menghasilkan “tanaman induk” kuning homozygot dengan gen
dominan ganda. Tanaman induk demikian ini juga homozygot ganda dalam ukuran
besarnya, artinya tanaman ini adalah Laelia Cattleya kuning dengan ukuran yang
besar.
Diumpamakan dipilih Laelia flava yang berwarna kuning
seluruhnya disilangkan denagan Cattleya. Disini bersangkutan dengan dua sifat,
yaitu ukuran dan warna.
Skema di bawah ini ditunjukkan silangan pertama antara
keduanya yang menghasilkan F1 LS Yp.
Tanaman ini ukurannya
tengahan antara kedua tetuanya dan semua berwarna kuning meskipun kuningnya
tidak begitu cerah dan murni seperti apabila dalam keadaan dosis ganda.
Tanaman yang diinginkan adalah yang homozygot baik untuk
ukuran besar maupun warna kuningnya. Jadi LL YY. Cara untuk mendapatkan ini
ialah dengan penyerbukan antara F1 tersebut.
Untuk mudahnya kita
buat bagan sebagai berikut :
Keterangan :
Keturunan F2 dalam apabila F1 diserbuk sendiri
Dari persilangan ini timbullah LL YY yang homozygot baik
besarnya maupun warna kuningnya yang sangat berharga sekali bagi pemuliaan.
Tanaman ini apabila diserbuk sendiri akan menghasilkan semua keturunan yang
besar dengan w arna kuning yang dominan dan bunga-bunga yang juga banyak yang
cukup baik.
h. Pewarisan Pada Dendrobium
Diturunkan warana bunga pada genus Dendrobium masih agak
kabur karena masih sedikit penelitian dilakukan dan kebanyakan varietas adalah
polyploid yang akan lebih menyulitkan dalam penelitian ini. Hurst menyatakan
bahwa warna ungu dan putih berkelakuan menurut hokum Mendel, tetapi bukti-bukti
belum cukup banyak untuk mengukuhkan hipotesis ini. Dalam Orchid Review
dinyatakan bahwa Dendrobium nobile ‘Virginale’ yang putih murni apabila
diserbuk sendiri keturunannya putih semua. Perkawinan antara Dendrobium nobile
‘Virginale’ dengan Dendrobium findleyanum ‘Album’ juga albino, menghasilkan
keturunan albino semua. Tetapi dipihak lain, albino dari Dendrobium wardianum
var. album apabila disilangkan dengan Dendrobium nobile ‘Album’ keturunannya
adalah berwarna. Pada beberapa hibrida semua warna kuning kelihatannya dominan
terhadap warna ungu seperti pada silangan Dendrobium nobile (ungu) X Dendrobium
signatum (kuning muda) yang menghasilkan Dendrobium X Wiganiae, yang berwarna
kuning kotor; Dendrobium Aureum (kuning) X Dendrobium nobile (ungu)
menghasilkan D X Ainsworthii yang biasanya bunganya kuning dan kadang-kadang
putih.
Ayuab Permana menyatakan bahwa jika Dendrobium putih bila
disilangkan dengan yang berwarna hijau atau kuning 99 % akan berwarana putih.
Pengalaman dari PAI Yogyakarta dalam membungakan silangan Dendrobium
phalaenopsis putih dengan silangan (Dendrobium Morgenster X Dendrobium Aliec
Sapalding) yang berwarna kuning, keturunannya kebanyakan merah muda.
i. Pewarisan Pada Phalaenopsis
Dalam menyilangkan Phalaenopsis Ayub S. P. menyatakan bahwa
Phalaenopsis berwarna kuning apabila disilang dengan yang berwarna ungu dapat
menghasilkan warna kuning tua sekali dan sebagian akan keluar yang berwarna
jingga dan ungu muda.
Bunga yang mempunyai pola bergaris dapat dihasilkan dari
Phalaenopsis equestris , lindenii, javanica, dan funbriata. Warna kuning akan
dihasilkan dengan menggunakan Phalaenopsis fasciata, fuscata mannii,
amboinensis “Sulawesi” , javanica “kuning”, boxalii, lueddemanniana “apallens”
dan sumatrana “kuning”. Kemungkinan besar Phalaenopsis hurstleri, plisantha,
cornucervi, dan variedes juga akan menghasilkan warna kuning.
2. Persilangan Antar Genus
a. Silangan antar genus Brassavola dan Cattleya
Brassavola Digbiyana disilangkan dengan Cattleya karena
bibirnya yang “suwar-suwir”. Dalam silangan pertama dengan Cattleya
keturunannya semua adalah tengahan antara kedua tetuanya. Petal dan sepal agak
kurang kalau dibandingkan dengan ukuran Cattleya yang ideal karena pengaruh
Brassavola Digbiyana dengan sepal dan petalnya sempit, akan tetapi bibirnya
mempunyai kekhususan dari Brassavola digleyana baik ukuran maupun tepinya yang
berumbai “suwar-suwir”. Warna dari silangan yang pertama ini agak kehijauan
menambah kecantikannya. Keturunan yang bagus ialah hybrid yang kedua dari
Brasso ini. Disini terjadi segregasi dari gen-gen yang mengakibatkan munculnya
sifat-sifat bibirnya, ada Brasso Cattleya dengan bibir Cattleya dan ada juga
yang berbibir Brassavola. Ukuran dari sepal dan petalnya lebih baik dari pada
silangan pertamanya.
b. Silangan Trigeneris
Brasso-Cattleya disilangkan dengan Laelio-Cattleya
menghasilkan hibrida lain yang mengagumkan Brassolaeliocattleya yang
trigeneris. Laelio Cattleya yang sudah cukup bagus dengan bibir yang tambah
lebar dengan tepi yang “suwar-suwir”. Untuk membuat Brassolaelio-cattleya
sebaiknya dimulai dari spesies yaitu Brassavola dibiyana X Cattleya adan Laelia
X Cattleya. F1 dari masing-masing hybrid ini kemudian disilangkan, hasilnya
akan sangat bervariasi. Separo akan berbibir Brasso dan kira-kira dari yang
separo ini ¾ nya bunganya besar atau tengahan dan sisanya berbunga kecil.
Separo yang lain bibirnya datar dan ¾ dari padanya berukuran besar adan
tengahan.
c. Pewarisan Warna Bunga Dalam Silangan Sophronitis
Sophronitis grandiflora adalah sangat penting dalam
sumbangannya aakan warana merah dari banyak hibrida-hibrida baru antara lain :
Sophro-cattleya, Sophrolaelia, Sophrolaelio-cattleya. Silangan pertama antara
Sophronitis grandiflora dengan Cattleya menghasilkan bunga yang sangat kecil,
bahkan lebih kecil dan lebih jelek bentuknya daripada Laelia. Aakan tetapi bila
disilangkan lagi dengan Cattleya atau Laelio-cattleya, maka terjadilah bunga
yang besar dengan bermacam-macam warna antara merah jambu tua dan merah ungu.
Gen warna merah dalam Sophonitis adalah dominan, dan apabila gen-gen dominan
dari tanaman tetua berkumpul, akan menghasilkan warna merah yang bagus sekali.
Apabila bersama-sama dengan gen ungu maka warna merah akan bercampur dengan
ungu. Apabila warna merah campuran ini disilangkan dengan warna cerah dari
Laelio-cattleya, maka warna merah yang dihasilkan akan lebih intensif. Hal ini
mungkin yang menyebabkan mengapa Sophrolaelio-cattleya lebih disukai daripada
Sophro cattleya. Warna-warna yang bercampur dari tiap silangannya menghasilkan
macam-macam warna yang indah.
Karena kebanyakan Cattleya berwarana ungu, tambahan sedikit
warna merah aakan menambah variasi. Warna merah murni dapat diperoleh dengan
beberapa cara. Yang paling mudah yaitu dengan penyerbukan sendiri dari Sophro
cattleya generasi pertama.
Kemungkinan keluarnya bunga yang besar dan berwarna merah
homozygot adalah 1 : 16. Jadi hanya 6 % pada F2. Pottinara adalah nama yang
diberikan pada silangan quadric-generic, yaitu Brasso Sophrolaelio-cattleya.
Kombinasi dari sifat-sifat ayang terpilih dari 4 genus ini
diharapkan akan menghasilkan bunga yang sangat istimewa. Tetapi keturunan yang
menerima semua sifat-sifat yang baik hanya sebagian kecil saja dan prosentase
yang homozygot untuk semua sifat yang baik ini kemungkinannya lebih kecil lagi.
Suatu program pemualiaan diperlukan untuk mencapai hal ini.
Tata Cara Penyilangan
Cara menyilangkan angrek pada prinsipnya adalah memasukkan
pollen anggrek yang satu (disebut sebagai indukan anggrek jantan) ke lubang
stigma bunga anggrek yang lain (sebagai indukan anggrek betina). Cara
menyilangkan pada kebanyakan anggrek adalah sebagai berikut :
1. Dengan ujung tusuk gigi atau jarum yang bersih, kita buka
operculum yang menutupi ujung dari gynostemium.
2. Diambil pollen yang terdapat di bagian bawah operculum
dengan ujung jarum.
3. Masukkan pollen ke dalam lubang stigma hingga pollen
benar-benar melekat pada dinding sebelah dalam lubang stigma.
4. Bunga yang sudah dikawinkan diberi label yang berisi nama
jenis anggrek induk betina dan nama jenis anggrek induk jantan yang ditulis
secara berurutan dan kapan anggrek itu dikawinkan.
5. Tutup bunga yang suadah dikawinkan dengan plastic bening
untuk menghindari terjadinya penyerbukan alami oleh hewan-hewan penyerbuk.
6. Tiga hingga tujuh hari setelah bunga dikawinkan akan
menunjukkan kelayuan pada daun-daun mahkotanya tetapi tangkai kuntum bunga
masih hijau segar. Dan dua minggu kemudian bakal buah akan Nampak menggelembung
berwarna hijau segar, ini adalah tanda-tanda penyilangan berhasil.
7. Ada beberapa penyilang yang memotong semua haun mahkota
yang layu dari anggrek yang disilangkan untuk menghindari adanya infeksi jamur
dan bakteri.
8. Dalam satu tandan bunga diharapakan hanya disilangkan 2
atau 3 kuntum saja untuk memperoleh hasil buah yang sehat dan besar.
Seperti kita ketahui bersama bahwa anggrek itu ada jenis
anggrek yang berpollinia dan jenis anggrek yang berpollinaria dengan lempeng
rekat, maka dalam menyilangkan juga berbeda. Perbedaan pokok terletak pada
bagaimana mengambil pollinia dari ujung gynostemium dan memasukkannya ke lubang
stigma. Anggrek yang berpollinia, pollen diambil dengan mengolesi dulu ujung
jarum (tusuk gigi) dengan cairan yang terdapat pada lubang stigma kemudian
ujung jarum ditempelkan pada pollen hingga pollen benar-benar melekat erat.
Sedangkan pada jenis anggrek yang berpollinaria, pollen diambil dengan
menempelkan ujung jarum kebagian lempeng rekat yang terdapat pada bagian atas
lubang stigma (lihat gambar) :
Cara mengambil pollen
pada jenis anggrek berpollinia tanpa lempeng rekat (A) dan menagambil pollen
pada anggrek berpolliniaria (B).
Contoh pollen
anggrek dari jenis anggrek berpollinia (diambil dari Cattleya sp)
Contoh pollen
anggrek dari jenis anggrek berpollinaria (diambil dari Phalaenopsis sp)
Syarat pemilihan induk betina yang akan disilangakan antara
lain : tanaman sehat dan berperawakan kekar, tandan bunga dipilih yang paling
panjang, umur kuntum bunga antara 5-10 hari setelah mekar, dipilih bunga yang
terletak di tengah-tengah tandan, saat akan disilangkan bunga tidak disiram,
saat penyilangan agar lebih berhasil saat bunga memunculkan bau paling
menyolok. Sedangkan syarat pemilihan induk jantan yang akan disilangkan antara
lain : pollen berasal dari kuntum yang paling sehat dan bagus, pollen diambil
dari bunga yang telah berumur 4 hari mekar sehingga bunga tersebut rontok (asal
pollen masih di dalam operculum).
Suatu Pemikiran Meningkatkan Efisiensi Penyilangan
Perlu diketahui bersama bahwa proses pembuahan tanaman bunga
anggrek dapat terjadi bila sel telur pada satu bakal biji dibuahi oleh satu
sperma yang berasal dari satu sel pollen. Mengacu pada teori tersebut dan
melihat bahwa dalam satu buah anggrek terdapat jutaan biji maka di dalam satu
buah anggrek juga terjadi proses pembuahan berjuta-juta kali. Dari pemahaman
tersebut dapat dipikirkan suatu cara meningkatkan efisiensi penyilangan yaitu
menyerbuki satu bunga dengan beberapa pollen dari banyak jenis intuk jantan.
Sehingga dalam satu buah akan terbentuk biji-biji anggrek silangan dari
beberapa pasangan induk silangan, dengan demikian sekali kita menabur biji
anggrek akan didapatkan beberapa silangan baru dalam satu botol.
Sayarat penyerbukan yang harus diperhitungkan antara lain
komposisi pollen yang diserbukkan dari banyak indukkan jantan diharapkan
seimbang. Seleksi sifat dan ciri indukkan-indukkan jantan harus benar-benar
menunjukkan perbedaan sifat dan cirri hasil silangan yang nyata serta mudah
dikontrol hasil silangannya.
Perlu pula daipahami adanya incompatibilitas dari indukan
jantan dan betina yang akan diserbukkan. Satu pasang silangan bersifat
incompatible akan menyebabkan kegagalan pembentukan buah. Incompatibel dapat
terjadi jika ada perbedaan tipe pollen dari anggrek yang disilangkan. Anggrek
berpollinia bersifat incompatible dari anggrek berpollinaria. Jadi anggrek
berpollinia harus disilangkan dengan yang berpollinia pula demikian juga
sebaliknya anggrek berpollinaria harus disilangkan dengan yang berpollinaria.
Selain itu juga incompatibilitas dapat juga disebabkan oleh
karena faktor enzyme dan hormone tumbuhan setelah mengalami penyerbukkan juga
berbeda-beda antar pasangan induk silangan. Sifat dan ciri yang terlalu jauh
antara dua induk yang akan disilangkan juga sering menyebabkan gagalnya
pembuahan. Seperti anggrek simpodial dengan anggrek monopodial atau anggrek
epifit dengan anggrek terrestrik hingga saat ini belum memungkinkan untuk
disilangkan.
Sumber : http://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com
No comments:
Post a Comment