Ads 468 x 60

Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

26/09/2012

26/09/2012

Dongeng Kancil dan Kerbau




Dongeng Kancil dan Kerbau


gambar Kancil dan Kerbau



Dongeng Kancil dan Kerbau - Pada suatu hari ada seekor kancil berjalan-jalan di sekitar ladang milik Pak Tani. Kancil menginginkan buah ketimun milik Pak Tani. Tetapi Pak Tani selalu siaga dan berjaga-jaga mengawasi kebunnya, sehingga sulit bagi kancil untuk mencuri ketimun.

Kancil berjalan mengendap-endap menunggu Pak Tani lengah. Sampai siang hari, ia belum juga berhasil mendapatkan kesempatan. Akhirnya ia pergi meninggalkan tempat itu. Di tengah perjalanan, bertemu ia dengan seekor sapi.

"Hai sapi! Sedang apa kamu?" sapa kancil. "Hai, aku sedang makan rumput, mari ke sini makan bersamaku!" Jawab sapi sambil memamah rumput. "Terima kasih, tetapi aku tidak suka memakan rumput." Jawab kancil. Lalu kancilpun berkata, "Maukah kau kuberi ketimun?""Ketimun? Di mana ada ketimun?" tanya sapi. "Di sana, di ladang milik Pak Tani!" Jawab kancil sambil menunjuk ke ladang Pak Tani. "Ooo... milik Pak Tani, tidak ah aku tidak mau. Ketimun itu ditanam oleh Pak Tani, jadi aku tidak mau mencurinya." Sahut sapi menolak.

"Baiklah kalau kau tidak mau, aku pergi dulu." jawab kancil lalu pergi meninggalkan sapi. Baru beberapa langkah kancil berjalan, bertemulah ia dengan seekor kambing. "Aduh lahap sekali kau makan daun itu! Sampai-sampai lupa tidak menawari aku?" sapa kancil. "Oh kau cil, kalau kau belum makan, ayo makanlah bersamaku." Seru kambing menawarkan. "Terima kasih, tetapi sayang aku tidak suka makan daun itu." Jawab kencil. "Kenapa kau tidak suka? Oh... aku tahu maksudmu, kau pasti takut dimarahi Pak Tani kan? Pak Tani sudah memperbolehkan aku makan daun ini sepuasnya, tetapi Pak Tani bepesan padaku jangan sampai merusak batang pohonnya." Kambing menjelaskan.

"Ya... ya, aku tahu itu. Tapi... hari ini aku ingin sekali makan ketimun." Sahut kancil. "O... kalau ketimun, Pak Tani melarangku untuk mengambilnya. Karena buah ketimun itu akan dijual oleh Pak Tani ke pasar untuk menambah penghasilannya." Jelas kambing pada kancil. "Tapi aku ingin mengambil beberapa buah saja..." kata kancil. "Terserah, kalau kau berniat mengambilnya. Yang penting aku sudah memperingatkanmu." Ucap kambing lagi.

"Ya sudah, aku mau pergi saja..." kancil kembali berjalan untuk mencari kawan yang mau diajak mencuri ketimun. Dia memang takut mencuri sendiri, karena sudah berkali-kali Pak Tani mengetahui kalau ketimunnya dicuri oleh kancil. Pak Tani juga telah bersumpah bila nanti dapat menangkap kancil saat mencuri ketimun, dia akan memenggal kepalanya. Oleh karena itu kancil berusaha mencari kawan yang akan dijadikan teman mencuri ketimun di ladang.

Sampailah kancil di pinggiran sebuah kubangan. Ia melihat seekor kerbau yag sedang mandi lumpur. Di siang hari yang terik kerbau memang sangat senang bermandi lumpur. "Hai kerbau! Sedang apa kau di situ?" tanya kancil kepada kerbau. "Oh... kau Cil! Aku sedang mandi lumpur. Aku tidak tahan panasnya siang hari ini." Sahut kerbau. "Iih, bukankah kau bertambah kotor dengan mandi di lumpur." Seru kancil lagi. "Tidak, yang penting aku tidak kepanasan. Kalau kau kepanasan ayo kemarilah kita mandi bersama!" ajaknya. "Tidak, ah! Aku tidak mau badanku jadi kotor sepertimu." Kata kancil menolaknya. "Ya sudah, kalau kau tidak mau." Sahut kerbau. "Apakah kau sudah makan siang hari ini?" tanya kancil menyelidik. "Belum..., memangnya kenapa? Apakah kamu mempunyai makanan yang banyak?" jawab kerbau. "Ada, di sana banyak ketimun yang besar-besar." "Lho, bukankah ketimun itu milik Pak Tani." Sahut kerbau.

"Ya, memang ketimun itu milik Pak Tani, tapi kita kan hanya ingin mengambil beberapa buah saja. Kalau kau mau, ayo sama-sama kita ke sana!" bujuk kancil kepada kerbau. "Nanti..., biar aku saja yang memetik, kamu hanya berjalan saja melewati ladang, supaya Pak Tani tidak curiga. Dan aku akan berjalan di sebelahmu agar tak terlihat oleh Pak Tani." "Baiklah, mari kita ke sana sekarang," kata kerbau menyetujui.

Mereka berdua lalu berjalan bersama menuju ladang ketimun milik Pak Tani. Kancil berjalan di balik tubuh kerbau yang besar itu, sehingga yang tampak oleh Pak Tani hanya kerbau yang melintas di pinggir ladang. Pak Tani tidak merasa curiga sedikitpun, karena kerbau memang belum pernah mencuri ketimun ataupun merusak ladang miliknya. Ketika Pak Tani lengah, dengan cepat kancil memetik beberapa buah ketimun yang besar-besar. Setelah berhasil merekapun memakan buah ketimun itu di suatu tempat yang sepi.
"Kau cerdik sekali, Cil! Pak Tani pasti tidak tahu kalau kau mencuri ketimun itu. Karena yang dilihatnya cuma aku yang sedang berjalan sendirian." Ucap kerbau kagum kepada akal bulus kancil. "Ya memang, makanya aku mengajakmu." Sahut kancil dengan bangga. "Keesokan harinya, kancil dan kerbau mengulangi perbuatan itu lagi bersama-sama. Dalam sehari saja mereka telah mencuri sebanyak tiga kali atau lebih. Lama kelamaan Pak Tani pun mulai curiga melihat kerbau yang makin sering berjalan melewati ladang miliknya. Setelah kerbau lewat, Pak Tani memeriksa buah ketimun yang sebentar lagi akan dipanen.

"Oh...." Pak Tani terkejut." Buah ketimunku yang besar-besar banyak yang hilang. Apa mungkin kerbau yang mencurinya, sebab beberapa hari ini hanya kerbau yang terlihat melewati ladang ini." Ujar Pak Tani menduga-duga. "Awas kau kerbau!" Ancam Pak Tani. "Kancil saja sudah tak berani mencuri ketimunku. Kau malah berulangkali mencuri. Bila nanti kau tertangkap olehku, kau akan kuhukum yang berat."

Hari berikutnya kancil dan kerbau kembali beraksi. Namun Pak Tani sudah siap dengan tambang dan pecut untuk menangkap kerbau. Ketika kerbau terlihat melintas di ladangnya, perlahan-lahan Pak Tani mendekatinya. "Ssstt... kancil, Pak Tani berjalan ke arah kita." Ujar kerbau. "Ya... tenang saja, aku sudah dapat beberapa buah." Ucap kancil tak peduli. "Kalau Pak Tani tahu bagaimana?" tanya kerbau yang mulai takut. "Tidak usah takut! Ini bagianmu, aku akan menaruh bagianku dulu disana. Dan kau jalan perlahan saja, agar Pak Tani tidak curiga." Ujar kancil lalu berlari kencang meninggalkan kerbau. "Hai! Mau ke mana kau!" cegah Pak Tani di hadapan Kerbau. "Aku mau ke sana Pak Tani!" sahut kerbau pelan. "Oh... rupanya kamu yang selama ini telah mencuri ketimunku. Pantas saja akhir-akhir ini kau sering hilir mudik melewati ladangku." Tegur Pak Tani marah. "Bu... bukan aku yang mencurinya Pak Tani. Tetapi kancillah yang telah mencuri ketimunmu." Sahut kerbau mengelak. "Itu yang kau bawa apa? Bukankah itu ketimun dari ladangku?" Pak Tani semakin marah. "Ya..., ini memang ketimun milikmu Pak Tani, tetapi kancil yang mencurinya, dan aku diberi sebagian olehnya. Lalu ia pergi membawa bagiannya."

"Tidak mungkin, kancil sudah tidak lagi berani mencuri ketimunku. Lagian beberapa hari ini hanya kau yang kulihat melintas di sini," kata Pak Tani yang tidak mempercayai ucapan kerbau. "Sekarang sebagai hukumanmu, kamu harus mau membajak sawah-sawahku di sana!" perintah Pak Tani. "Baiklah Pak Tani, kalau memang itu keputusanmu, aku menurut." Sahut kerbau kemudian. Pak Tani lalu mengikat leher kerbau dengan tambang agar tidak lari dari hukuman. Sejak itulah setiap hari kerbau mulai membajak sawah Pak Tani. Setelah selesai membajak sawah, barulah kerbau diberi makan oleh Pak Tani.
(SELESAI)

Sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.

Cerita Anak Kerbau Dan Kambing


Cerita Anak Kerbau Dan Kambing



Cerita Anak Kerbau Dan Kambing - Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.

Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."

Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.


25/09/2012

25/09/2012

Dongeng Kera dan Kura-kura




Dongeng Kera dan Kura-kura



Seekor kera dan seekor kura-kura hidup di sebuah hutan dekat sungai. Namun, kera yang satu ini mempunyai sifat yang tidak terpuji. Ia licik, suka memperalat temannya untuk kepentingan dirinya.

Kera bersahabat dengan kura-kura karena ada yang diharapkan dari kura-kura. Bila bepergian ke suatu tempat, kera selalu naik di atas punggung kura-kura dengan berbagai alasan: capek, kakinya sakit dan alasan yang lain. Kura-kura tak pernah sakit hati. Kura-kura menurut saja. Kemampuan kera mengambil hati membuat kura-kura luluh dan selalu dekat dengan kura-kura. “Tanpa bantuan makhluk lain, tak mungkin kita bisa hidup,” bisik hatinya.

Jika di tengah perjalanan ditemukan pohon yang sedang berbuah, kera dengan gesit memanjat pohon itu, sementara kura-kura disuruhnya menunggu di bawah. Setelah perutnya kenyang, barulah kera ingat temannya yang sedang menunggu di bawah. Hanya buah-buah yang jelek dan kulit-kulitnya yang dilempar ke bawah sambil mengatakan, “Wah kura-kura, buahnya jelek-jelek dan sudah banyak yang dimakan kelelawar sehingga tinggal kulitnya saja. Terima saja ini untukmu.”

Hidup mengembara dari hari ke hari telah membuat mereka bosan. Pada suatu hari, datanglah musim kemarau panjang. Hujan tidak kunjung datang. Pohon-pohon di hutan banyak yang layu dan tidak berbuah. Kera dan kura-kura sedang berteduh di bawah pohon di pinggir sungai sambil berpikir tentang apa yang harus dilakukan menghadapi situasi seperti itu.

Kera membuka percakapan. “Kura-kura, apa yang harus kita lakukan menghadapi musim kemarau ini?” tanyanya kepada si kura-kura. Kura-kura tidak menjawab karena memang kura-kura tidak mampu berpikir yang berat-berat. Akhirnya, kera melanjutkan pembicaraannya, “Sebaiknya kita menanam pisang, sebentar lagi musim hujan akan datang.”

“Saya setuju,” jawab kura-kura.
“Dari mana bibitnya?” tanyanya kepada kera. “Begini saja, kita menunggu di tepi sungai ini. Pada musim hujan, banyak manusia membuang anak pisang ke sungai. Nanti kalau ada yang hanyut kita ambil.” Mereka berdua setuju. Mula-mula mereka bekerja keras membuka hutan untuk ditanami pohon pisang. Setelah tanahnya siap, datanglah musim hujan. Sepanjang hari mereka di tepi sungai menunggu pohon pisang yang hanyut. Tidak seberapa lama dari jauh tampak pohon pisang hanyut. Kera berteriak, “Kura-kura cepat berenang kamu! Ambil batang pisang itu! Saya takut air dan tak bisa berenang.”
“Kalau berenang saya jagonya.” kata kura-kura menyombongkan diri.

“Kamulah yang beruntung bisa berenang, sedang aku tidak pandai berenang. Kalau aku pandai berenang, tidaklah engkau perlu bersusah-susah mengambil batang pisang itu. Aku tentu akan membantumu,” ujar kera dengan licik.

Mendengar ucapan kera itu, hati kura-kura menjadi terharu. Oleh karena itu, ia segera berenang menarik batang pisang itu ke tepi sungai. Batang pisang itu dikumpulkan satu per satu. Setelah cukup banyak barulah ditanam. Mereka membagi dua setiap batang pisang sama Panjang agar adil. Bagian atas diambil si kera dan bagian bawah diberikan kepada kura-kura. Kera rupanya tahu bahwa buah pisang selalu ada di bagian atas. Oleh karena itu, ia mengambil bagian atas.

Beberapa waktu mereka bekerja menanam pohon pisang. Kura-kura rajin sekali memelihara tanamannya, sedangkan tanaman si kera tentu saja mernbusuk dan mati sernua.
Setelah kebun pisang milik kura-kura berbuah dan buahnya mulai masak, datanglah kera bertandang. “Hai kura-kura, tidakkah kau lihat pisangmu telah masak di pohon,” tanya kera bersemangat.

“Ya, saya lihat, hanya saya tak mampu memanjat untuk memetiknya,” jawab kura-kura.
“Apakah artinya kita bersahabat, kalau saya tidak dapat membantumu,” kata kera.
Dalam hati kera, muncul akal liciknya, lebih-lebih Perulnya sudah mulai terasa lapar. Kera menawarkan diri untuk membantu kura-kura memanen pisangnya. Kurakura setuju. Dengan gesit, kera memanjat pohon pisang yang telah ranum buahnya. Di atas pohon ia makan sepuas-puasnya, sedangkan kura-kura (si pemilik kebun) dilupakannya. Ia menunggu dengan hati yang mendongkol. Kadang-kadang, kera melemparkan kulit kepada kura-kura. Hal itu dilakukannya setiap hari, sampai kebun itu habis buahnya.

Sejak itu, kura-kura merasa sakit hati. Namun, apa yang bisa dilakukannya? Sebagai makhluk Tuhan yang lemah, ia hanya bisa berdoa semoga yang curang dan khianat mendapat murka Tuhan. Mereka berpisah untuk waktu yang agak lama. Kura-kura selalu menghindar jika mendengar suara kera.

Pada suatu hari yang panas, udara menjadi kering. Buah-buahan di hutan semakin berkurang. Para satwa di hutan banyak yang kelaparan dan kehausan. Apalagi kera yang rakus itu. Ia berjalan gontai mencari teman senasib sepenanggungan. Lalu ia beristirahat di bawah pohon yang rindang, di atas sebuah batu. Karena lapar dan haus, kera tidak sadar bahwa yang diduduki itu adalah punggung si kura-kura yang sedang beristirahat pula. Karena udara panas, kura-kura menyembunyikan kepalanya di bawah punggungnya yang keras itu. Si kera kemudian berteriak memanggil sahabalnya, “Kura-kuraaaaa……., di mana kamu, Kemarilah! Kita sudah lama tidak bertemu”

Terdengarlah suara dari bawah pantat si kera, “Uuuuuuwuk…..”.
Kera berteriak lagi, “Ooooo…. kura-kuraaa…, kemarilaaah! Aku ingin bertemu denganmu.” Terdengar lagi suara dari pantatnya, “Uuuuuuuwuk….”.

Kera marah sekali. Ia mengira, suara itu adalah suara alat kelaminnya yang mengejeknya. Sebenarnya, suara itu adalah suara kura-kura yang didudukinya. Dengan geram, ia mengancam alat kelaminnya sendiri. “Jika kamu mengejekku lagi akan aku hancurkan!” ancamnya. Kemudian, ia berteriak lagi, “Kura-kuraaaaaaaaaaa…”. 
Mendengar suara itu marahlah si kera. la mengambil batu, lalu alat kelaminnya dipukul berkali-kali. 
Kera menjeritjerit kesakitan, sambil terus memukulkan batu itu ke arah alat kelaminnya. Kura-kura menjulurkan kepalanya. Ia ingin menolong, tetapi sudah terlambat. Kera sahabatnya yang licik itu telah mati.

Sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.

Dongeng Si Buta Dan Si Bungkung





Dongeng Si Buta Dan Si Bungkung



Di suatu kampung tinggallah dua orang pemuda sebaya. Mereka bersahabat akrab sekali. Kemana pun mereka pergi selalu bersama. Boleh dikata tidak pernah terjadi pertengkaran di antara mereka. Jika yang seorang sedang marah, yang seorang lagi berdiam diri atau membujuk sehingga kemarahannya reda. Begitu juga jika ada kesulitan, selalu mereka atasi bersama.

Pada dasarnya, mereka memang saling membutuhkan karena keadaan tubuh mereka mengharuskan demikian. Pemuda yang satu bertubuh kekar, tetapi buta matanya; pemuda yang lain dapat melihat, tetapi bungkuk tubuhnya. Oleh karena itu, orang menyebut mereka si Buta dan si Bungkuk.

Si Buta sangat baik hatinya. Tidak sedikit pun is curiga kepada temannya, si Bungkuk. Ia percaya penuh kepada temannya itu, walaupun si Bungkuk sering menipu dirinya. Kejadian itu selalu berulang setiap mereka menghadiri selamatan. Si Buta selalu duduk berdampingan dengan si Bungkuk. Pada saat makan, si Buta selalu mengeluh.

“Pemilik rumah ini kikir sekali!” bisiknya kepada si Bungkuk agar jangan didengar orang lain. “Tak ada secuil pun ikan, kecuali sayur labu.”

Si Bungkuk hanya tersenyum karena keluhan temannya itu akibat ulahnya. Secara diam-diam ia memotong daging ayam yang cukup besar di piring si Buta dan ditukar dengan sayur labu. Akibatnya, piring gulai si Buta hanya berisi sayur labu.

Si Bungkuk merasa bahagia bersahabat dengan si Buta. Setiap ada kesempatan, ia dapat memanfaatkan kebutaan mata temannya untuk kepentingan sendiri. Si Buta yang tidak mengetahui kelicikan si Bungkuk juga merasa senang bersahabat dengan temannya itu. Setiap saat si Bungkuk dapat menjadi matanya.

Pada suatu hari, si Bungkuk mengajak si Buta pergi berburu rusa. Tidak jauh dari kampung mereka ada hutan lebat. Bermacam-macam margasatwa hidup di sana seperti burung, siamang, binatang melata, dan rusa.
Konon, pada waktu itu belum ada pemburu menggunakan senapan untuk membunuh hewan buruan. Penduduk yang ingin mendapatkan rusa atau binatang lain biasanya menggunakan jerat yang diseebut jipah (faring). Kadang mereka berburu menggunakan anjing pelacak dan tombak. Cara ini akan dipakai si Bungkuk dan si Buta untuk berburu.

“Kalau kita dapat membunuh seekor rusa, hasilnya kita bagi dua sama rata,” ujar si Bungkuk.
Tentu saja si Buta sangat gembira mendengar hal itu. itua segera menuntun anjing pelacak yang tajam India penciumannya, sedangkan si Bungkuk siap dengan tombak di tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti arah yang ditunjukkan anjing pelacak itu.

Rupanya hari itu mereka bernasib balk. Seekor rusa jantan yang cukup besar berhasil mereka tombak. Tanduknya bercabang-cabang indah dan layak dijadikan hiasan dinding.

Si Bungkuk segera membagi rusa hasil buruan itu menjadi dua bagian. Akan tetapi, dengan segala kelicikannya, si Buta hanya mendapat tulang-tulang. Daging dan lemak rusa diambil si Bungkuk.
“Karena daging rusa sudah dibagi, kita masak sendiri sesuai selera kita,” kata si Bungkuk.
Si Buta menurut saja karena pikirnya memang demikian seharusnya. Padahal dengan cara itu, si Bungkuk bermaksud agar daging yang dimilikinya jangan secuil pun dimakan si Buta.

Walaupun si Buta tidak dapat melihat, kemampuannya memasak gulai tidak diragukan sedikit pun. Terbit air liur si Bungkuk mencium bau masakan si Buta. Si Bungkuk tidak pandai memasak.
Akhirnya, si Bungkuk dan si Buta menghadapi masakan rusa yang telah mereka masak dan siap menyantapnya.

“Sedaap!” kata si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging yang besar ke dalam mulutnya.
“Nikmat!” kata si Buta sambil mengambil sepotong tulang yang besar dari piring dan menggigitnya. Si Buta bersungut-sungut karena yang digigit, ternyata tulang semua.
“Sayang,” katanya, “rusa begitu besar, tetapi tak punya daging! Besok kita berburu lagi, tetapi rusa itu harus gemuk dan banyak dagingnya.”

Si Bungkuk tersenyum mendengar perkataan si Buta. Si Buta merasa sayang jika tulang-tulang rusa yang telah dimasaknya dengan susah payah tidak dimakan. Oleh karena itu, is mencoba menggigit tulang itu lagi. Akan tetapi, tulang itu sangat keras sehingga tetap tidak tergigit.
Hal itu membuat si Buta semakin penasaran. la mengerahkan segenap tenaga dan menggigit tulang itu sekuat-kuatnya hingga bola matanya hendak keluar dari lubang mata.

Tuhan sudah menakdirkan rupanya. Keajaiban pun terjadi. Mata si Buta tidak buta lagi.
“Aku bisa melihat!” teriaknya kegirangan. Si Buta menatap sekelilingnya. Ketika is melihat tulang-tulang rusa di piringnya dan di piring si Bungkuk daging yang empuk, bukan main marahnya.
“Sekarang, terbukalah topeng kebusukanmu selama ini!” katanya.

Si Buta memungut tulang rusa paling besar, lalu si Bungkuk dipukul dengan tulang itu. Jeritan si Bungkuk meminta ampun tidak dihiraukannya sama sekali. Seluruh tubuh si Bungkuk babak belur. Seperti si Buta, keanehan pun terjadi pada si Bungkuk. Ketika la bangkit, ternyata punggungnya menjadi lurus seperti orang sehat. “Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” teriak si Bungkuk.

Mereka berdua menari sambil berpeluk-pelukan dan bermaaf-maafan. Persahabatan mereka pun semakin akrab.

Sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.

Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia

Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia


Cerita Rakyat, Legenda dan dongeng menggambarkan keragaman budaya dan adat istiadat dari suatu daerah.  Cerita Rakyat, Legenda dan dongeng tersebut perlu dilestarikan dengan cara disosialisasikan kepada anak–anak kita, agar anak–anak mengetahui betapa kaya daerah ini dengan keragaman budaya dan adat istiadatnya. Selain itu, melalui  Cerita Rakyat, Legenda dan dongeng ini, mereka dapat diberi pemahaman yang sangat penting mengenai apa itu multikulturalisme agar nantinya mereka juga dapat menghargai pluralisme (paham mengenai perbedaan) sehingga mereka tidak memandang segala sesuatunya dari sisi budaya atau adat istiadatnya sendiri, selain itu juga agar anak–anak kita bangga akan budayanya.


Legenda atau cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.

Roro Jonggrang, Timun Mas, Si Pitung, Legenda Danau Toba, Malin kundang merupakan sederetan cerita rakyat yang ada di Indonesia. Masih banyak sederetan cerita rakyat yang memang diperuntukkan bagi anak-anak.

Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi,
misalnya kejadian-kejadian aneh di zaman dahulu. dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral kepada & juga mnghibur.

Cerita Rakyat, Legenda dan dongeng ini, sudah menjadi kekayaan budaya serta identitas budaya kita sejak dahulu. Namun, kekayaan tersebut terpendam dalam komunitas terbatas, misalnya dalam ingatan para orang tua yang seringkali menceritakan cerita tersebut kepada anak–anak, selain itu juga karena semakin sedikitnya penutur cerita rakyat yang ada.

“Jangan sampai kita kehilangan ciri serta identitas kita dalam masa era globalisasi ini”

Berikut ini adalah  Kumpulan Cerita Rakyat, Legenda dan dongeng  yang merupakan kekayan budaya dari indonesia yang dapat anda baca.


24/09/2012

24/09/2012

Keong Mas cerita rakyat Tanah Jawa





Keong Mas
Cerita Rakyat Tanah Jawa



Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.

Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.

Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.

Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari.

Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.

Semogacerita Keong Mas diatas bermanfaat dan kami Ucapkan banyak terimakasih atas kunjungannya dan Kunjungi  Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia   yang lainnya...

Danau Toba Cerita Rakyat Sumatera Utara





Danau Toba
Cerita Rakyat Sumatera Utara



Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya  kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.

Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. 

Terima Kasih Telah Membaca Danau Toba Cerita Rakyat Sumatera Utara  dan sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.


Cerpen : Untung gak Punya BB


Cerpen : Untung gak Punya BB



Seorang lelaki melamar pekerjaan sbg “office boy”di Istana Negara.
Staf Istana mewawancarai dia dan membersihkan lantai sebagai tesnya.
“Kamu diterima,” katanya,
“Berikan PIN BB dan saya akan kirim form utk diisi & pemberitahuan kapan kamu mulai kerja.”

Lelaki itu menjawab,”Tapi saya tdk punya blackberry, apalagi PIN BB.”
“Maaf,” kata staf Istana,
“Kalau kamu tidak punya BB, berarti kamu tidak bisa diterima bekerja.”
Lelaki itu pergi dgn harapan kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya dengan Rp.100.000 di dalam kantongnya.

Lalu dia memutuskan pergi ke Pasar & membeli 10kg tomat. Ia menjual tomat itu dr rumah ke rumah. Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipat gandakan modalnya. Dia melakukan kerjanya tiga kali, dan pulang dgn membawa Rp.300.000. Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara ini.

Ia mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang larut. Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari. Dia pun membeli gerobak, lalu truk, & akhirnya memiliki armada kendaraan sendiri.

5 thn kemudian, lelaki itu sdh menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar. Ia mulai merencanakan masa dpn keluarga, & memutuskan utk memiliki asuransi jiwa.
Ia menghubungi broker asuransi, Sang brokerpun menanyakan PIN BB. Lelaki itu menjawab, “Saya tidak punya BB.”

Sang broker bertanya dengan penasaran, “Anda tidak punya BB, tapi sukses membangun sebuah usaha besar. Bisakah Anda bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau punya BB?!”
Lelaki itu menjwb, “Saya akan jadi office boy di Istana Negara!!
————————–
Pesan Moral:
BB dan alat2 komunikasi canggih lainnya bukanlah solusi hidup Anda, kalau Anda tidak punya BB, lalu bekerja keras, Anda bisa jadi milyuner.
Disadur dari : www.uways.web.id

Dongeng Si Keledai





Dongeng Si Keledai




Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup – karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang dengan apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang- guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!

Sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.

Entri Populer

Kartun

 
© Copyright 2012 : Media Belajarku
Template by : Blogger Templates | ZonaBlogger.com | Didukung Oleh : Blogger.com