Budidaya Tanaman Hias Sansevieria
Sebagai tanaman hias sansevieria sangat mudah dirawat, tidak
membutuhkan banyak lahan, dan dapat berfungsi sebagai penyerap polutan.
Ketiganya adalah sifat utama sansevieria yang memenuhi kriteria terhadap
tuntutan masyarakat yang semakin sibuk, tak punya lahan yang luas, serta sarat
dengan polusi.
Alasan kenapa sansevieria mempunyai banyak ragam adalah
karena perbanyakan yang dilakukan pada tanaman ini tidak selalu menghasilkan
jenis yang sama dengan induknya. Kecantikan sansevieria ditunjukkan dari ragam
jenis, bentuk, ukuran, dan warna daun. Ragam jenis yang ada di alam tidak hanya
diperoleh dari persilangan tanaman tetapi juga karena mutasi. Tanaman ini mudah
mengalami mutasi, bahkan saat dilakukan pengembangbiakan melalui stek daun,
yang seharusnya anakan akan seperti induknya namun pada sansevieria akan sering
terjadi mutasi sehingga anaknya berbeda dengan induknya. Selain itu
keistimewaanya adalah ada berbagai ukuran daun baik yang besar, kecil, bentuk
memanjang atau pendek, melebar atau membulat juga corak warna yang juga
beragam.
Daya tarik sansevieria lainnya adalah mampu tumbuh di naungan yang
sangat minim cahaya dan pada tempat yang mendapat cahaya penuh. Tetap tumbuh
pada kondisi kering sehingga jika beberapa hari tidak disiram pun tanaman ini
masih mampu tumbuh. Pembudadayaanya pun sangat sederhana dan mudah.
7 (tujuh) syarat yang harus dimiliki tanaman agar menjadi
tren dan diterima masyarakat yaitu cantik, variasi bentuk beragam, variasi
warna tinggi, perawatan mudah, tingkat perbanyakan sedang, pertumbuhan lambat,
serta bersifat anti polutan dan anti radiasi sejalan dengan penelitian NASA
yang menyebutkan sansevieria mampu menyerap 107 polutan udara. Jadi semua
sayarat untuk jadi tren terpenuhi oleh sansevieria. Tanaman ini mempunyai jalur
metabolisme CAM (Crasulaceaen Acid Metabolism), dimana di malam hari penyerapan
oksigen sedikit sehingga tidak mengganggu proses pernafasan manusia.
Bertambahnya variasi penampilan dan karakter sansevieria
juga banyak dipengaruhi karena adanya mutasi dari spesies yang sama sehingga
menampilkan bentuk, ukuran, dan warna daun yang berbeda. Mutasi dapat terjadi
akibat perbanyakan melalui stek daun dan karena adanya pengaruh dari factor
lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, suhu, dan pengaruh cahaya. Sinar
matahari memiliki spectrum yang beragam berdasarkan panjang gelombang
elektromagnetik, salah satunya adalah sinar X dan gamma yang bergelombang
pendek. Keduanya merupakan radiasi pengion yang dapat melepas energi (ionisasi)
ketika melewati atau menembus materi. Proses ionisasi itu terjadi dalam
jaringan tanaman sehingga menyebabkan perubahan sel, genom, kromosom, dan DNA
atau gen. Perubahan ini disebut mutasi, hanya saja intensitas sinar X dan gamma
dalam sinar matahari sangat rendah sehingga mutasi di alam sangat lamban.
Mutasi juga dapat terjadi dengan menginduksi mutagen yang berasal dari
bahan-bahan kimia yang ditransfer ke molekul lain yang memiliki kepadatan
electron yang cukup tinggi sehingga struktur DNA pada tanaman berubah. Meski
demikian adakalanya tanaman mutasi kembali normal apabila dikembangbiakan
secara generatif. Walaupun mengalami mutasi, tanaman mutan tetap menyimpan gen
normal. Pada generasi tertentu gen normal itu berpeluang muncul kembali. Mutasi
akan bertahan bila bagian tanaman yang mengalami mutasi diisolasi dan
diperbanyak dengan kultur jaringan.
Kesamaan sosok sansevieria pada jenis-jenis tertentu mudah
mengecoh. Perbedaan fisik meskipun hanya sedikit kadang jadi alasan untuk
menaikkan harga dengan memberi nama baru. Penamaan yang tidak mengacu pada
sumber yang benar akan membuat tanaman ini mempunyai dua nama. Kerancuan ini
dapat terjadi karena tanaman kurang cocok dengan lingkungan yang baru sehingga
penampilannya berubah. Sansevieria mudah berubah bentuk, penampilan baru ini
kerap stabil sehingga nama barunya menjadi paten.Sansevieria trifasciata yang
merupakan spesies, paling banyak menghasilkan varian-varian baru karena adanya
penyimpangan, menghasilkan kurang lebih 60 varian. Sementara yang termasuk
kedalam sansevieria species ada lebih dari 140 jenis.
SYARAT TUMBUH
Sansevieria memerlukan media dan udara yang tidak lembab, suhu optimal siang hari 24-29?C dan malam hari 18-21?C, serta tumbuh ideal dengan pencahayaan penuh meski tetap tumbuh jika cahaya kurang.
Sansevieria memerlukan media dan udara yang tidak lembab, suhu optimal siang hari 24-29?C dan malam hari 18-21?C, serta tumbuh ideal dengan pencahayaan penuh meski tetap tumbuh jika cahaya kurang.
MEDIA
Pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu ketinggian tempat, ketersediaan bahan, dan iklim. Syarat utama media untuk sansevieria adalah porous. Adapun alternative pilihan adalah sebagai berikut:
Pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu ketinggian tempat, ketersediaan bahan, dan iklim. Syarat utama media untuk sansevieria adalah porous. Adapun alternative pilihan adalah sebagai berikut:
- Pasir
malang : tanah : pupuk organic : bahan organik (arang sekam, cocopeat atau
cacahan pakis) 2 :1 : 1 : 1
- Pasir
malang : sekam bakar 2 : 1
- Sekam
bakar : pasir malang : pupuk kandang 1 : 1 : 1 atau 1 : 2 : 1
- Sekam
bakar : pasir malang : pakis 2 : 1 : 1
PEMUPUKAN
Pemupukan sansevieria yang paling tepat adalah menggunakan pupuk majemuk yang bersifat slow release. Pupuk ini berbentuk butiran dengan cara pemberian ditebar di permukaan media. Karena sansevieria merupakan tanamana hias daun maka kandungan N yang tinggi sangat diperlukan. Pemberian pupuk adalah 2-3 bulan sekali. Dapat ditambahkan pula pupuk daun atau pupuk cair lengkap yang merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsure makro dan mikro yang diaplikasikan melalui daun 2-4 minggu sekali.
Pemupukan sansevieria yang paling tepat adalah menggunakan pupuk majemuk yang bersifat slow release. Pupuk ini berbentuk butiran dengan cara pemberian ditebar di permukaan media. Karena sansevieria merupakan tanamana hias daun maka kandungan N yang tinggi sangat diperlukan. Pemberian pupuk adalah 2-3 bulan sekali. Dapat ditambahkan pula pupuk daun atau pupuk cair lengkap yang merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsure makro dan mikro yang diaplikasikan melalui daun 2-4 minggu sekali.
PENYIRAMAN
Frekuensi penyiraman sansevieria disesuaikan dengan kelembaban media. Pada musim kemarau cukup 2-3 hari sekali.
Frekuensi penyiraman sansevieria disesuaikan dengan kelembaban media. Pada musim kemarau cukup 2-3 hari sekali.
HAMA PENYAKIT
Hama yang sering menyerang sansevieria adalah ulat, siput telanjang, dan trips. Penyakit yang sering menyerang antara lain jamur Aspergillus niger yang menyebabkan busuk rimpang, bakteri Erwinia carotovora yang menyebabkan busuk basah, jamur Fusarium moniliforme yang menyebabkan busuk daun, jamur Sclerotium rolfsii yang menyebabkan bercak kering, dan nematoda Meloidogyne spp yang menyerang perakaran sansevieria. Pengendalian yang dilakukan dapat secara preventif, kuratif ataupun kimiawi tergantung seberapa berat serangan yang terjadi.
Hama yang sering menyerang sansevieria adalah ulat, siput telanjang, dan trips. Penyakit yang sering menyerang antara lain jamur Aspergillus niger yang menyebabkan busuk rimpang, bakteri Erwinia carotovora yang menyebabkan busuk basah, jamur Fusarium moniliforme yang menyebabkan busuk daun, jamur Sclerotium rolfsii yang menyebabkan bercak kering, dan nematoda Meloidogyne spp yang menyerang perakaran sansevieria. Pengendalian yang dilakukan dapat secara preventif, kuratif ataupun kimiawi tergantung seberapa berat serangan yang terjadi.
PERAWATAN SANSEVIERIA VARIEGATA
Sansevieria variegata lebih lemah dibanding yng normal karena jumlah kloroplas tanaman variegata lebih sedikit, sehingga penyerapan cahaya matahari tidak optimal. Bila persentase variegata cenderung mendominasi maka kebutuhan cahaya ikut berkurang, bila berlebih maka bagian variegata akan terbakar, maka mutlak diperlukan jaring peneduh misal shading net 50-60%. Tanaman sebaiknya ditanam pada media 100% pasir dan diberikan pupuk seimbang yang bersifat slow release yang dicampur kedalam media.
Sansevieria variegata lebih lemah dibanding yng normal karena jumlah kloroplas tanaman variegata lebih sedikit, sehingga penyerapan cahaya matahari tidak optimal. Bila persentase variegata cenderung mendominasi maka kebutuhan cahaya ikut berkurang, bila berlebih maka bagian variegata akan terbakar, maka mutlak diperlukan jaring peneduh misal shading net 50-60%. Tanaman sebaiknya ditanam pada media 100% pasir dan diberikan pupuk seimbang yang bersifat slow release yang dicampur kedalam media.
PEMASUNGAN SANSEVIERIA
Untuk sansevieria yang berdaun tebal dan panjang, arah pertumbuhannya sering tidak beraturan, maka diperlukan modifikasi yaitu pasungan dengan teknik jepit untuk mengarahkan pertumbuhan daun dan jarak antar daun akan menjadi sama. Teknik jepit ini menggabungkan bambu yang keras dengan styrofoam yang lembut agar daun sansevieria tidak terluka. Styrofoam berada di bagian dalam yang bersentuhan langsung dengan daun sedang bambu di bagian luar sebagai penyangga. Bisa juga digunakan bahan lain.
Untuk sansevieria yang berdaun tebal dan panjang, arah pertumbuhannya sering tidak beraturan, maka diperlukan modifikasi yaitu pasungan dengan teknik jepit untuk mengarahkan pertumbuhan daun dan jarak antar daun akan menjadi sama. Teknik jepit ini menggabungkan bambu yang keras dengan styrofoam yang lembut agar daun sansevieria tidak terluka. Styrofoam berada di bagian dalam yang bersentuhan langsung dengan daun sedang bambu di bagian luar sebagai penyangga. Bisa juga digunakan bahan lain.
PERBANYAKAN
Sansevieria dapat diperbanyak secara generatif dengan perkawinan bunga untuk mendapatkan hybrid baru tetapi memerlukan waktu yang lama dalam pembungaan dan pemasakan biji. Selain itu, perbanyakan dapat pula dilakukan secara vegetatif, cara ini yang sering banyak dilakukan. Diantaranya adalah dengan pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan.
Sansevieria dapat diperbanyak secara generatif dengan perkawinan bunga untuk mendapatkan hybrid baru tetapi memerlukan waktu yang lama dalam pembungaan dan pemasakan biji. Selain itu, perbanyakan dapat pula dilakukan secara vegetatif, cara ini yang sering banyak dilakukan. Diantaranya adalah dengan pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan.
- Pisah
anakan merupakan cara konvensional. Anakan dipisah setelah 2-4 bulan. Pada
bagian yang terpotong diolesi fungisida dan zat perangsang akar, setelah
ditanam disimpan di tempat teduh.
- Stek
daun dapat dilakukan pada daun yang tua. Stek daun mampu menghasilkan
anakan yang berbeda dengan induknya. Pada jenis sansevieria yang memiliki
kombinasi warna kuning dan hijau, perbanyakan stek daun umumnya
menghasilkan anakan berdaun hijau. Daun dipotong 5-10 cm yang dicelupkan
kedalam zat perangsang akar, ditanam 1-1,5 cm disiram dan ditempatkan di
tempat teduh. Tunas anakan muncul setelah berumur 3-4 bulan.
- Potong
pucuk untuk sansevieria berdaun pendek dengan daun minimal 12 daun, dengan
memotong pucuk minimal 3-4 daun dan dijaga agar daun satu dengan lainnya
tetap melekat, dioles fungisida dan zat perangsang akar kemudian ditanam,
disimpan ditempat yang teduh. Selang 1 bulan akan keluar 2-3 anakan.
- Cacah
daun dilakukan dengan cara memotong-motong daun sansevieria dalam ukuran
kecil yaitu 5 cm dan jumlah yang banyak. Bagian daun mulai dari ujung
sampai ke pangkal digunakan untuk perbanyakan. Setelah 4-5 bulan atau
memiliki 3 daun maka anakan siap dipisah.
- Teknik
cabut pucuk cocok untuk sansevieria berdaun renggang. Caranya dengan
mencabut daun termuda dengan menggunakan tangan, 1 bulan akan keluar 1-3
anakan.
- Stek
rimpang dilakukan dengan memotong-motong rimpang yang tua, setiap potongan
harus memiliki satu mata tunas, diolesi fungisida dan zat perangsang akar
kemudian ditanam.
- Metode
kultur jaringan digunakan untuk melestarikan jenis sansevieria yang langka
dan memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat. Eksplan yang biasa digunakan
adalah tunas pucuk, tunas lateral pada bonggol atau pucuk rimpang.
REPOTTING
Repotting dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak stress, goncangan dihindari seminimal mungkin, apabila ada bagian tanaman yang patah diolesi fungisida, akar yang membusuk dipotong, apabila tanaman yang dipindah telah mempunyai anakan maka anakan harus telah mempunyai 5-6 helai daun untuk mengurangi resiko kematian kemudian disiram, penyiraman selanjutnya dilakukan 3 hari kemudian.
Repotting dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak stress, goncangan dihindari seminimal mungkin, apabila ada bagian tanaman yang patah diolesi fungisida, akar yang membusuk dipotong, apabila tanaman yang dipindah telah mempunyai anakan maka anakan harus telah mempunyai 5-6 helai daun untuk mengurangi resiko kematian kemudian disiram, penyiraman selanjutnya dilakukan 3 hari kemudian.