Ads 468 x 60

Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

24/09/2012

24/09/2012

Dongeng Seekor Nyamuk





Dongeng Seekor Nyamuk




Di suatu negeri antah-berantah bertahtalah seorang raja yang arif bijaksana. Raja itu hidup bersama permaisuri dan putra-putrinya. Rakyat sangat mencintainya. Istananya terbuka setiap waktu untuk dikunjungi siapa saja. Ia mau mendengar pendapat dan pengaduan rakyatnya. Anak-anak pun boleh bermain-main di halaman sekitar istana.

Di negeri itu hidup juga seorang janda dengan seorang anaknya yang senang bermain di sekitar istana. Setiap pergi ke istana, ia selalu membawa binatang kesayangannya, seekor nyamuk. Leher nyamuk itu diikat dengan tali dan ujung tali dipegangnya. Nyamuk akan berjalan mengikuti ke mana pun anak itu pergi.

Pada suatu sore, anak itu sedang bermain di sekitar halaman istana. Karena asyik bermain, ia lupa hari sudah mulai gelap. Raja yang baik itu mengingatkannya dan menyuruhnya pulang.

“Orang tuamu pasti gelisah menantimu,” kata raja.
“Baik, Tuanku,” sahutnya, “karena hamba harus cepat-cepat pulang, nyamuk ini hamba titipkan di istana.”

“Ikatkan saja di tiang dekat tangga,” sahut raja.
Keesokan harinya, anak itu datang ke istana. Ia amat terkejut melihat nyamuknya sedang dipatuk dan ditelan seekor ayam jantan. Sedih hatinya karena nyamuk yang amat disayanginya hilang. Ia mengadukan peristiwa itu kepada raja karena ayam jantan itu milik raja.

“Ambillah ayam jantan itu sebagai ganti,” kata raja.
Anak itu mengucapkan terima kasih kepada raja. Kaki ayam jantan itu pun diikat dengan tali dan dibawa ke mana saja. Sore itu ia kembali bermain-main di sekitar istana. Ayam jantannya dilepas begitu saja sehingga bebas berkeliaran ke sana kemari. Ayam jantan itu melihat perempuan-perempuan pembantu raja sedang menumbuk padi di belakang istana, berlarilah dia ke sana. Dia mematuk padi yang berhamburan di atas tikar di samping lesung, bahkan berkali-kali dia berusaha menyerobot padi yang ada di lubang lesung.
Para pembantu raja mengusir ayam jantan itu agar tidak mengganggu pekerjaan mereka. Akan tetapi, tak lama kemudian ayam itu datang lagi dan dengan rakusnya berusaha mematuk padi dalam lesung.

Mereka menghalau ayam itu dengan alu yang mereka pegang. Seorang di antara mereka bukan hanya menghalau, tetapi memukulkan alu dan mengenai kepala ayam itu. Ayam itu menggelepargelepar kesakitan. Darah segar mengalir dari kepala. Tidak lama kemudian, matilah ayam itu.
Alangkah sedih hati anak itu melihat ayam kesayangannya mati. Ia datang menghadap raja memohon keadilan. “Ambillah alu itu sebagai ganti ayam jantanmu yang mati!” kata raja kepadanya.
Anak itu bersimpuh di hadapan raja dan menyampaikan rasa terima kasih atas kemurahan hati raja.

“Hamba titipkan alu itu di sini karena di rumah ibu hamba tidak ada tempat untuk menyimpannya,” pintanya.
“Sandarkanlah alu itu di pohon nangka,” kata raja. Pohon nangka itu rimbun daunnya dan lebat buahnya.

Keesokan harinya, ketika hari sudah senja, ia bermaksud mengambil alu itu untuk dibawa pulang. Akan tetapi, alu itu ternyata patah dan tergeletak di tanah. Di sampingnya terguling sebuah nangka amat besar dan semerbak baunya.

“Nangka ini rupanya penyebab patahnya aluku,” katanya, “aku akan meminta nangka ini sebagai ganti aluku kepada raja!”
Raja tersenyum mendengar permintaan itu. “Ambillah nangka itu kalau engkau suka,” kata raja.

“Tetapi, hari sudah mulai gelap!” kata anak itu. “Hamba harus cepat tiba di rumah. Kalau terlambat, ibu akan marah kepada hamba. Hamba titipkan nangka ini di istana.”
“Boleh saja,” ujar raja, “letakkan nangka itu di samping pintu dapur!”
Bau nangka yang sedap itu tercium ke seluruh istana. Salah seorang putri raja juga mencium bau nangka itu. Seleranya pun timbul.
“Aku mau memakan nangka itu!” kata putri berusaha mencari dimana nangka itu berada. “Kaiau nangka itu masih tergantung di dahan, aku akan memanjat untuk mengambilnya!”
Tentu saja putri raja tidak perlu bersusah payah memanjat pohon nangka karena nangka itu ada di samping pintu dapur. Ia segera mengambil pisau dan nangka itu pun dibelah serta dimakan sepuas-puasnya.

Kita tentu dapat menerka kejadian selanjutnya. Anak itu menuntut ganti rugi kepada raja. Pada mulanya raja bingung, tetapi dengan lapang dada beliau bertitah, “Ketika nyamukmu dipatuk ayam jantan, ayam jantan itu menjadi gantinya. Ketika ayam jantan mati karena alu, kuserahkan alu itu kepadamu. Demikian pula ketika alumu patah tertimpa nangka, nangka itu menjadi milikmu. Sekarang, karena putriku menghabiskan nangkamu, tidak ada jalan lain selain menyerahkan putriku kepadamu.”

Putri raja sebaya dengan anak itu. Akan tetapi, mereka belum dewasa sehingga tidak mungkin segera dinikahkan. Ketika dewasa, keduanya dinikahkan. Raja merayakan pesta secara meriah. Setelah raja meninggal, anak itu menggantikan mertuanya naik takhta. Ibunya juga diajak untuk tinggal di istana.

Sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.

MALIN KUNDANG Cerita Rakyat Sumatera Barat



MALIN KUNDANG
Cerita Rakyat Sumatera Barat

Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.

Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.

Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.

Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.
 
 Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.


Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

 

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. 


Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Pesan Moral dalam Cerita Rakyat Malin Kundang :

Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.

Semoga Malin Kundang Cerita Rakyat Sumatera Barat  ini menjadi sebuah Pelajaran dan bisa diambil hikmahnya. 

Sekian saja kami ucapkan Terimakasih dan Kunjungi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dari Indonesia  Yang lain.

21/09/2012

21/09/2012

Cara Membuat Pantun

Cara Membuat Pantun
Lihat Juga :





Lihat Juga :
Contoh Pantun Dan Artinya
Contoh Peribahasa dan Maknanya

20/09/2012

20/09/2012

Contoh Peribahasa dan Maknanya


Contoh Peribahasa dan Maknanya



Bangsa Indonesia sangat kaya akan pribahasa dan perumpamaan yang penuh makna. Yang mana bukan hanya manggambarkan Bangsa Indonesia yang kaya akan budaya tetapi berbudi pekerti yang luhur sehingga tidak heran kalau pada zaman dulu, Bangsa Indonesia ini sangat di segani oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi nilai-nilai luhur yang dianut oleh Bangsa Indonesia mulai luntur satu per satu, padahal tugas kita semua justru harus menjaganya dan memeliharanya, jangan sampai kebudayaan kita diakui oleh Bangsa lain dan di patenkan.

Coba lihat Bangsa China, mereka menjadi negara yang sangat besar karena masyarakatnya sangat mengagung-agungkan dan bangga dengan kebudayaan negara nya sendiri, dan hal ini juga membuat bangsa lain salut pada China, dan menyebut Kebudayaan China adalah kebudayaan yang tertua tetapi masih eksis hingga sampai saat ini. Kita juga sebagai Bangsa Indonesia jangan kalah dengan Bangsa lain, karena Indonesia sendiri mempunyai budaya yang sangat kaya dan beragam, marilah kita jaga semua harta peninggalan leluhur itu, dan diantaranya dengan tidak meninggalkan pribahasa-pribahasa yang dulu pernah dibuat oleh para leluhur kita sebelumnya yang bermakna sangat dalam.

Berikut contoh pribahasa dan maknanya:


Berikut contoh pribahasa dan maknanya:
Ada gula ada semut
Dimana banyak kesenangan, disitu pula orang banyak berkumpul

Ada udang di balik batu
Ada maksud tertentu yang tersembunyi

Asal ada kecilpun pada
Kalau tak ada rejeki yang banyak, sedikitpun boleh juga

Adat teluk timbunan kapal 
Kita meminta pada yang punya,kita bertanya pada yang pandai

Adat muda menanggung rindu,adat tua menahan ragam
orang muda harus sabar menahan rindu, orang tua harus sabar menghadapi kesukaran

Adat sepanjang jalan mati dikandung tanah.
segala sesuatu haruslah dikerjakan menurut adat istiadat yang berlaku

Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.
Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita

Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang.
Hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah.

Adat pasang turun naik.
Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti

Air beriak tanda tak dalam.
Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.

Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya.

Air dicincang tiada putus
Dalam sebah keluarga tidak akan tercerai berai karena hanya perselisihan saja

Air Susu di balas air tuba
Kebaikan dibalas dengan kejahatan

Air tenang menghanyutkan.
Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.

air tenang menghanyutkan 
Orang yang rendah hati (cenderung pendiam), biasanya banyak pengetahuannya

 anjing menggonggong kafilah berlalu 
Jalan terus, tidak mengindahkan rintangan

ada rupa ada harga 
Harga sesuatu barang itu menurut mutunya

air beriak tanda tak dalam 
Orang yang sombong (banyak omong tak berguna), biasanya ilmunya kurang

api nan tak kunjung padam 
Bersemangat terus menerus

ayam bertelur, pantat kita yang sakit 
Orang yang menderita karena orang lain memperoleh kesenangan/kebahagiaan

ayam mati di atas padi 
Menderita kekurangan di tempat yang makmur


Alah bisa karena bisa
Orang yang sudah hancur melakukan pekerjaan, karena sudah biasa mengerjakannya

Alu patah lesung hilang
Mendertita kemalangan secara terus menerus

Anak baik menantu molek
mendapat keuntungan yang berlipat ganda

Anak dipangku di lepaskan, beruk di rimba di susukan
Menyelesaikan urusan orang lain, tapi urusan sendiri diabaikan

Angan-angan mengikat tubuh
Memikirkan yang bukan-bukan, akhirnya mendapat susah sendiri

Angan-angan menerawang langit
Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin terjadi

Angin berputar, ombak bersambung
Hal ulang sulit diselesaikan karena banyak sangkut pautnya

Anjing itu sekalipun dipukul, berulang kali pula ia kembali ke tempat yang banyak tulang
Orang yang jahat itu akan mengulang kejahatannya, msekipun sering dihukum

Anjing menyalak tiada menggigit
Omong besar tapi penakut

Arang habis besi binasa, pekerja penat saja
Suatu usaha yang tak memberikan hasil, hanya menimbulkan kerugian saja

Asam digunung, ikan dilaut bertemu dalam belanga
Omong besar tapi penakut

Awak rendah sangkutan tinggi
Seseorang yang berpenghasilan rendah, namun mempunyai tanggungan yang besar

Awak sakit daging menimbun
Seseorang yang mengatakan kekurangan, padahal benyak hartanya

Awak yang tak pandai menari, dikatakan lantai terjungkit
Unuk menutupi kebohongannya maka dicari kesalahan pada orang lain

Ayam bertelur di lumbung padi mati kelaparan
Orang yang tak memanfaatkan kekayaannya

Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh

Bagai aur dengan tebing
Dua hal yang tak mungkin di pisahkan(selalu berdampingan

Bagai ayam termakan rambut
Seseorang tersengal-sengal karena nafasnya sesak

Bagai batu jatuh ke lubuk
Seseorang pergi yang tak mungkin kembali karena jauh perginya

Bagai gadis jolong bersubang
Seseorang yang sombong karena baru mendapatkan kekayaan

Bagai anjing dengan kucing
Dua orang yang tak mau bersatu (rukun)

Bagai kucing dibawakan lidi
Seseorang yang sangat ketakutan karena suatu hal

Bagai lima belas dengan tengah lima puluh
Dua persoalan yang sama benar

Bagai pinang di belah dua
Dua orang yang wajahnya hampir sama(kembar)

Bagai bergantung di ujung rambut
Seseorang yang selalu khawatir/cemas/takut

Bagai katak didalam tempurung
Seseorang yang sangat picik pengetahuanya sedikit dan terbatas sekali kemampuanya

Bagai mencincang air
Melakukan suatu pekerjaan yang tidak akan mebuahkan hasil(sia-sia)

Bagai gunting makan di ujung
Tidak diduga sebelumnya bahwa akhirnya melakukan pekerjaan yang tidak baik(merugikan)

Bagai telur di ujung tanduk
Seseorang dalam keadaan yang sangat membahayakan,sangat menyulitkan atau menghawatirksn

Bagai ikan dikayuh hilir
Memerintah seseorang sesuai dengan kehendak (kemampuan)orang yang disuruh tersebut

Bagai kambing yang dimandikan
Seseorang yang sangat malas mengerjakan suatu hal pekerjaan karena pekerjaan tersebut kurang disenangi

Bagai orang buta kehilangan tingkat
Seseorang dalam kedaan yang kesulitan karena tidak tahu langkah apa yang harus diambil/atau diputuskan

Bagai anjing mengunyah tulang
Seseorang yang selalu marah dengan mulut mengomel/bersungut sungut

Bagai menghitung bulu kucing
Mengerjakan suatu pekerjaan yang amat sulit dan jelas tidak ada manfaatnya

Bagai kapal kehilangan kemudi
Suatu pebuatan tanpa tujuan karena tidak ada pedoman (hidup) yang dapat membantunya

Bagai siang dan malam
Dua hal yang sangat jauh berbeda sehingga tidak akan mungkin untuk disatukan

Bagai lampu kehabisan minyak
Kehidupan seseorang yang semakin sengsara,makin bertambah miskin/kekurangan

Bagai harimau menyembunyikan kuku
Seseorang yang merendah dengan menyembunyikan kelebihanya

Bagai pungguk merindukan bulan
Seseorang yang menginginkan sesuatu/mencintai sedang hal tersebut tidak mungkin di peroleh

Bagai bunga dadap sungguh merah berbau tak sedap
Sesuatu yang tampaknya indah,baik,bagus,menarik tetapi sebenarnya biasa-biasa saja

Bagai bulan dipagar bintang
Seseorang putri cantik didampingin teman-teman yang cantik pula

Bagai bumi dan langit
Dua hal yang sangat jauh berbeda

Bagai guna alu, sesudah menumbuk dicampakan
Sesuatu yang sudah tak berguna lagi, biasanya dicampakan begitu saja

Bagai kejatuhan bulan
Mendapat rejeki (sesuatu) yang sangat menyenangkan

Bagai menanti hujan di musim kemarau
Mengharap sesuatu yang mustahil terjadi

Bagai serbuk dengan sapi
Suatu(keadaan) yang mudah dipertemukan

Bagai terpijak bara hangat
Orang yang gelisah karena ditimpa kemalangan

Bagai durian dengan mentimun
Orang kecil melawan orang besar, pastilah akan kalah

Bagai kumbang putus tali
Sesuatu yang berjalan lancar tanpa adanya halangan apapun

Bagai durian dengan mentimun
Seseorang yang sangat lemah melawan/bermusuhan dengan seseorang yang tampak sangat jelas kekuatanya

Bagai ayam mati di lumbung
Seseorang yang sengsara (mati/binasa/celaka) dalam keadaan yang serba kecukupan.

bagai air di atas daun talas 
Seseorang yang tak mempunyai pendirian tetap

Bagai mendapat durian runtuh jatuh
Mendapatkan rejeki (sesuatu) yang sangat menyenangkan tanpa diduga-duga sebelumnya

Bagai ayam tertelur dilubang padi
Seseorang yang sangat bahagia tanpa khawatir kekurangan sesuatu dalam hidupnya

Bagaikan air dengan minyak
Dua orang yang tidak mau bersatu (selalu bermusuhan)

Bagai ayam kehilangan induknya
Ayam(anggota/anak buah)yang kehilangan pimpinanya sehingga mereka kebingungan

bagai menghitung bulu kambing 
Pekerjaan yang sangat sulit atau sia-sia

belum beranak sudah ditimang 
Sudah bersenang-senang sebelum tercapai maksudnya

berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian 
Bersusah payah dahulu, kemudian baru bersenang-senang

besar pasak daripada tiang 
Pengeluarannya (belanjanya) lebih besar dibandingkan pemasukannya (pendapatannya).

buang air keruh ambil air jernih 
Memulai kehidupan baru

Berdiang di abu dingin
Meminta pertolongan kepada orang yang tak dapat menolong

Bagaikan burung di dalam sangkar.
Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.

Bagaimana bunyi gendang, begitulah tarinya
Mengerjakan sesuatu haruslah menurut aturannya

Bahasa menunjukan bangsa
Tabiat dan tutur kata seseorang menunjukan asal usulnya

Balik belakang lain bicara
Orang yang mengingkari janji

Bangau-bangau minta aku leher, badak-badak minta aku daging
Orang yang selalu iri terhadap orang lain

Barang siapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.
Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.

Baru dapat gading betuah, terbuang tanduk kerbau mati
Tidak memperdulikan yang lama, karena mendapat yang baru dan lebih baik

bau busuk tak berbangkai 
Fitnah (celaan) yang tidak benar

Bayang-bayang disangka tubuh
Mengharapkan sesuatu yang belum pasti

Bayang-bayang sepanjang badan, selimut sepanjang tubuh
Bila kita berbuat sesuatu hendaklah kita sesuaikan dengan kemampuan kita

Bayang-bayang sepanjang badan
Pengeluaran harus disesuaikan dengan penghasilan

Bekerja bahu membahu
bekerjagotong-royong untuk mencapai hasil

Belum beranak sudah berbesan
Belum berhasil sudah mengharapkan yang bukan-bukan

Belum beranak sudah ditimang
menganggap sudah menguasai sesuatu, tapi persyaratannya belum mencukupi

Berdikit-dikit lama-lama jadi bukit
Kekayaan yang dikumpulkan dari sedikit, lama-lama jadi banyak

Berjalan sampai ke batar, berlayar sampai ke pulau
Kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu yang kita inginkin

Berani karen abenar, takut karena salah
Orang yang bersalah selalu dalam ketakutan

Berani menjual berani membeli
Tidak saja hanya menyuruh, tetpi harus mau mengerjakan sendiri

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Sama-sama menderita dan sama-sama bahagia

Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.
Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik

Bermain air basah, bermain api letup
Mengerjakan sesuatu pekerjaan akan mendapat imbalan sesuai dengan perbuatannya

Berudu besar di kubangan, buaya besar dilautan
Kekuasaan seseorang itu berlaku di tempat masing-masing

Biduk satu nahkoda dua
Dalam satu pekerjaan bila ada dua pemimpin, pasti pekerjaan itu kanna beres

Buah manis berulat di dalamnya
Kata-kata yang manis tetapi jahat hatinya

Bulat ait karena pembuluh, bulat kata karena mufakat
Pekerjaan yang mudah dikerjakan, karena dikerjakan dengan cara mufakat

Bumi dipijak, langit dijunjung
nasehat orang tua harus kita taati sungguh-sungguh
Dilaut jadi buaya, didarat jadi harimau
Dimana-mana ia jadi orang yang berbahaya 

di luar bagai madu, di dalam bagai empedu 
Kelihatannya baik, tetapi sebenarnya jahat

 diam dalam seribu bahasa 
Diam sama sekali

Gajah berjuang sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah
Kalau orang besar berselisih, rakyat kecil yang menjadi korbannya

Gajah mati karena gadingnya
Binasa karena kekuasaannya sendiri

Gayung tersambut kata terjawab
Tiap pertanyaan pastilah ada jawabannya

Guru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi
Kita belajar hendaklah dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah

Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua
Perbuatan baik itu takkan terlupakan selamanya

Hidup segan mati tak mau
Orang yang sudah lama menderita kesusahan/sakit

Hidup dikandung adat,mati dikandung tanah
Hendaklah kita menurut adat yang baik

Ibarat burung, mata terlepas badan terkurung 
perihal anak pingitan

Ilmu yang tak diamalkan, ibarat pohon tak berbuah
Ilmu yang tak diajarkan tiada manfaatnya

Ikut hati mati, ikut rasa binaasa, ikut mata buta
Jangan menurutkan hawa nafsu, bisa celaka

Jangan dipegang seperti bara, terasa hangat dilepaskan
Karena dirasa pekerjaan itu berat, terasa susah lalu dilepaskan

Jauh di mata dekat di hati
Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.

Jauh panggang dari api
jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

Jikalau pandai menggulai, badar jadi tengiri
Orang yang bijaksana dalam segala hal

Jika tak ada akar rotan pun jadi
kalau tak ada yang lebih baik, yang kurang baik pun akan berguna

Kalau pandai mencincang akar, mati lalu kepucuknya
Jika pemimpinnya sudah kalah, maka anakbuahnya akan menyerah pula

Kalau pandai meneliti buih selamat badan di seberang
Bila kita hati-hati dalam melaksanakan pekerjaan, pasti kita akan berhasil dan selamat

Kalau tak ada api, masak ada asap
Bila tak sebab tentulah tidak ada akibat

Kalau tidak angin bertiup, takkan pohon bergoyang
Sesuatu kejadian pasti ada sebab-sebabnya

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat

Kasihan anak tanga-tangankan, kasihan bini tinggal-tinggalkan
Kalau kita sayang pada anak/istri, hendaklah kita mau memarahinya demi memberi pelajaran baik.

kebanyakan halilintar kurang hujan 
Banyak cakap kurang hasilnya

Kecil-kecil anak, kalau sudah besar menjadi onal
Waktu masih kecil selalu menyenangkan, tetapi bila sudah besar biasanya selalu menyusahkan

Kemana angin deras bertiup, kesana pula condongnya
Orang yang tidak mempunyai pendirian tetap

Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun
Sama-sama senang, sama-sama susah

Lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau
Lepas dari bahaya satu masuk ke bahaya yang lainnya

Lancar kadi karena diulang, pasah alan karena diurut 
segala sesuatu harus diulang supaya lancar

Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai
Daripada hidup menanggung malu lebih baik

Lempar batu sembunyi tangan
Perbuatan yang licik dan penghianat

Lain gatal lain digaruk
Lain yang diminta lain pula yang diberi

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan.

Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai
Cita-cita tinggi tetapi tak mampu untuk menggapainya (tapi jangan menyerah dalam mengejar mimipi, karena tidak ada hal yang tidak mungkin didunia ini asalkan keinginan kita kuat untuk menggapainya, dan syakin serta percaya)

Membagi sama adil, memotong sama panjang.
Jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.

Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Kalah ataupun menang sama-sama menderita

Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri
Orang yang membeberkan rahasia keluarganya, akan mendapat malu sendiri

Membasuh arang di muka          
menghilangkan malu

Menerka ayam dalam telur
Menentukan sesuatu yang mustahil terjadi

Menggantang asap, mengukir langit
pekerjaan yang sia-sia belaka

Mencabik baju di dada
mengukur derajat orang lain dengan diri sendiri

Menegakan benang basah
Mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin berhasil

makan hati berulam jantung 
Menderita karena perbuatan orang yang sangat dekat dengannya

masuk telinga kanan, keluar telinga kiri 
Tidak dapat menerima ajaran/omongan yang diberikan

memikul di bahu menjunjung di kepala 
Mengerjakan sesuatu sesuai aturan

menepuk air di dulang 
Menceritakan keburukan diri (keluarga). Dulang = talam dari kayu

menerka ayam di dalam telor 
Memastikan sesuatu yang mustahil ditentukan

menghapus arang di muka 
Menghapus malu

mengukur baju di badan sendiri 
Mengukur baik/buruk sesuai perasaan sendiri

menjemur bangkai ke atas bukit 
Memperlihatkan aib (cela) diri sendiri

murah di mulut, mahal di timbangan 
Banyak berjanji tetapi tidak menepatinya

musuh jangan di ladang, selisih jangan dicari 
Perselisihan jangan dicari-cari

nasi sudah menjadi bubur 
Sudah terlanjur

rambut sama hitam, hati masing-masing 
Setiap orang berlainan pendapat

ringan sama dijinjing berat sama dipikul 
Bersama-sama dalam susah dan duka (bergotong royong mengerjakan sesuatu)

Pandai berminyak air
Orang yang pandai memanfaatkan barang yang tak berguna, tetapi hasilnya sesuatu yang berharga

Putus benang dapat disambung, putus arang susah sekali
perselisihan dengan keluarga sendiri mudah diperbaiki, tetapi persengketaan dengan orang lain sukar untuk diselsaikan

Rambut sama hitam, hati orang masing-masing
Tiap-tiap orang berlainan pendapatannya.

Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh.
Seiya sekata dalam semua keadaan.

Sambil menyelam minum air
Orang yang mengerjakan pekerjaan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya

Sebelum ajal berpantang mati
Kiya tidak boleh mudah menyerah atau putus asa

Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul.
Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya

Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.
Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.

Seperti anjing dengan kucing
Selalu bertengkar/bermusuhan

Seperti api dalam sekam
Kejahatan yang tidak kelihatan, karena disembunyikan
Sehari selembar benang, lama-lama menjadi selembar kain
Pekerjaan yang dkerjakan dengan konsisten walaupun lambat, lama-lama akan berhasil

Seperti anak ayam kehilangan induk
Menderita kesusuahan karena kehilangan pemimpin

Seciap bagai ayam, sedencing bagai besi
Seiya sekata, senasib sepenanggungan

Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul
Seberat-berat orang yang hanya melihatnya, berat juga orang yang mengerjakannya

Sebab buah dikenal pohonnya
Watak seseorang dapat dketahui karena perbuatannya

sedia payung sebelum hujan 
Siap sedia sebelum terjadi sesuatu yang kurang baik

seperti air dalam kolam 
Orang yang tenang tingkah lakunya

seperti anak ayam kehilangan induknya 
Terpecah belah karena kehilangan tumpuan harapan (atau pemimpinnya)

seperti anjing berebut tulang 
Orang tamak yang memperebutkan harta

seperti ayam melihat musang 
Ketakutan dan kehilangan akal

Si cebol rindukan bulan
Sesuatu pekerjaan yang mustahil

Sekali merengkuh dayung, dua, tiga pulau terlampaui
Menyelsaikan dua, tiga pekerjaan salam satu waktu sekaligus

Seperti emas baru disepuh
Perempuan yang cantik sekali

Seperti harimau menyembunyikan kaku
Orang pandai yang menyembunyikan kepandaian dan pura-pura bodoh

Tangan mencencang behu memikul
Orang yang mempunyai tanggungan berat

Tak lapuk karena hujan, tak lekang karena panas
Tetap pada pendiriannya

Teratung-katung macam biduk patah kemudi
terlunta-lunta tidak ada orang yang menolong

Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga.
Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.

Tersembunyi di balik kata
mempunyai maksud lain daripada apa yang dikatakan

Tak lari gunung dikejar, hilang kabat tampaklah dia
Janganlah tergesa-gesa dalam mengerjakan pekerjaan asalkan hasilnya memuaskan

Tong kosong nyaring bunyinya.
Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu.

Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang.
Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal.

Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
Orang tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan

Utang emas boleh dibayar, utang budi dibawa mati
Budi baik akan dikenang selamanya

(Wajahnya)bagai bulan kesiangan
Roman muka yang tampak pucat kurang tidur

(Wajahnya)bagai bulan purnama
Roman muka yang tampak cantik,indah tampak murah senyum


Entri Populer

Kartun

 
© Copyright 2012 : Media Belajarku
Template by : Blogger Templates | ZonaBlogger.com | Didukung Oleh : Blogger.com